12 Nov 2008

Travian: Nyerang atau Diserang

Buat yang punya hobi main game online, ada game seru yang bisa dimainkan. Nama game ini adalah Travian. Travian merupakan browser-based game yang dibuat oleh sebuah perusahaan Jerman, Travian Games GmbH. Dalam game virtual ini, user bisa saling berkomunikasi dengan desa yang dimainkan pemain lain sehingga user dapat memutuskan untuk berteman, atau berperang, atau bahkan beraliansi dengan pemain lain yang ada dalam satu server, yang jumlahnya bisa mencapai ribuan user.

Untuk memainkan game ini, tidak perlu men-download software, melainkan cukup browsing di websitenya, yaitu www.travian.co.id. Setelah daftar dan memilih suku bangsa, user akan diberi tahu koordinat desa untuk memudahkan proses permainan selanjutnya. Selain itu, user juga diberi kesempatan untuk membaca tutorial sehingga jelas apa yang harus dilakukan. Kelebihan game ini, selain karena bersifar real time, game ini juga bisa dimainkan meski dengan koneksi internet yang lambat. Hal tersebut mungkin karena game Travian ini menggunakan domain lokal (.co.id), namun ada juga versi internasionalnya (.com)

Pada awal permainan, mungkin user akan agak sedikit bingung karena hanya melihat kotak-kotak tanpa ada yang bergerak. Di tahap awal, desa kecil hanya memiliki satu bangunan. Namun jangan khawatir, karena pada tahap-tahap awal ini, user akan ditemani oleh Questmaster yang akan setia menemani hingga pada level tertentu. Quesmaster bertugas memberi petunjuk apa yang harus dilakukan setelah satu pekerjaan diselesaikan oleh user.

Pada game Travian terdapat 3 suku yang bisa dipilih, yaitu Suku Romawi, Galia, dan Teuton. Masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. User dapat memilih salah satunya, tergantung gaya yang diinginkan. Jika menyukai perdamaian, user bisa memilih suku Galia yang kuat dalam bertahan. Namun, jika suka berperang, dapat memilih suku Teuton. Sementara jika suka dengan bangun-membangun dan peperangan, user dapat memilih suku Romawi.

Untuk menjaga pertahanan desa dan melakukan penyerangan ke desa lain, setiap suku tentunya memerlukan pasukan/balatentara. Oleh karena itu, di pusat desa harus dibuatkan titik temu, barak, akademi, dan fasilitas yang berkaitan dengan dunia kemiliteran lainnya. Sementara untuk membangun desa, tentunya memerlukan sumber daya. Dalam game ini, terdapat empat jenis sumber daya yang bisa digunakan, yaitu kayu, tanah liat, besi, dan gandum. Lahan sumber daya ini perlu terus dikembangkan untuk meningkatkan suplai, karena perluasan pembangunan di pusat desa akan terpatok pada jumlah sumber daya yang tersedia. Jika sumber daya tersendat, maka pembangunan desa pun akan terhambat. Dengan demikian, setelah meningkatkan suplai sumber daya, user dapat mulai malakukan ekspansi desa.

travian

Selanjutnya, untuk menyimpan dan meningkatkan jumlah sumber daya yang telah diproduksi, perlu dibangun gudang dan lumbung di pusat desa. Semakin besar level lumbung dan gudang, akan semakin besar pula daya tampung sumber daya di dalamnya. Sementara untuk urusan perekonomian, user harus membangun pasar untuk memperjual-belikan sumber daya yang dimiliki. Bahkan jika memang darurat, user dapat meminta bantuan dari pemain lain untuk mengirim sumber daya melalui pasar ini. Semakin tinggi level pasar, semakin tinggi pula jumlah pedagang dan sumber daya yang bisa dibawa pedagang ke desa lain.

Untuk lebih jelasnya, mending segera meluncur ke TKP di sini. Selamat menikmatiii…

10 Okt 2008

Join Bareng PLURK-ers

Kalo udah bosen maen di FS, Facebook, dan situs jejaring lainnya, ga ada salahnya nyoba PLURK. Awalnya sih memang agak bingung pas pertama nyoba, tapi setelah diselami sedikit demi sedikit, pasti bakal bikin ketagihan.

Sebenernya apaan sih PLURK itu?
Plurk merupakan layanan micro blogging atau bisa juga disebut blog mini kata. Diperkenalkan Mei lalu, tren layanan ini langsung menarik perhatian maniak blog di seluruh dunia. Para blogger di Indonesia juga tengah kecanduan layanan ini.
Blog mini kata khusus untuk menampung posting berupa teks yang singkat, ringkas, dan padat, biasanya kurang dari 200 karakter. Kita bisa mengirim teks atau tautan (link) ke micro blog lewat beberapa cara: mengetikkan langsung di blog, instant messaging seperti Yahoo! Messenger, atau e-mail. Setelah ditayangkan, hasilnya dapat dilihat oleh umum atau kelompok tertentu yang anggotanya kita pilih sendiri, misalnya teman-teman dan keluarga dekat saja.
Tidak seperti halnya situs jejaring lainnya, ternyata konsep social networking pada plurk sangat jauh berbeda. Plurk memiliki tambahan konsep “karma” untuk menjadikan proses plurking lebih menarik dan sebagai motivasi dengan reward - reward tertentu. Jika karma anda cukup tinggi maka anda dapat mengkustomisasikan halaman plurk anda lebih bebas daripada user dengan karma yang lebih sedikit.”

Daripada bingung, Lebih baik coba sendiri. Untuk memulainya, langsung masuk situsnya di http://www.plurk.com/

Setelah itu, silakan pelajari semuanya….gampang, kok!

7 Okt 2008

Wisata Agro: Perkebunan Teh Cianten, Bogor

Banyak yang bilang, kawasan Puncak Bogor sudah tidak alami lagi dan sudah tak seindah dulu. Mungkin ini pengaruh dari modernisasi yang merambah kawasan sejuk tersebut. Banyaknya pembangunan yang tidak sesuai peruntukan, kemacetan di mana-mana, banyak warung pinggir jalan yang mengganggu pemandangan, setidaknya membuat orang sedikit mengelus dada. Kawasan puncak jadi tak seindah dulu. Namun meskipun demikian, kawasan puncak tetap menjadi primadona, khususnya warga Ibu Kota, untuk berlibur.

Jika bosan dengan suasana kawasan Puncak yang identik dengan perkebunan teh dan ingin merasakan suasana yang hampir sama dan lokasinya masih di kabupaten bogor, ada satu lagi perkebunan teh yang terletak di barat daya Kabupaten Bogor, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Sukabumi, yang tak kalah indah dengan kawasan Puncak, yaitu perkebunan teh Cianten.


Perkebunan teh yang dikelola oleh PTPN VIII ini terletak di Desa Purasari, Kecamatan Leuwiliang, Kab Bogor, sekitar 60 km dari kota Bogor ke arah barat yang bisa memakan waktu tempuh 3-4 jam dari pusat kota. Jika ingin mencoba berwisata agro ke daerah ini disarankan membawa kendaraan pribadi (motor atau mobil) untuk memudahkan transportasi dan menanggulangi sulitnya kendaraan umum menuju lokasi. Dari bogor, kita bisa mengarahkan kendaraan ke arah Leuwiliang/Jasinga. Sebelum tiba di Pasar Leuwiliang, di pertigaan Karacak, belok kiri dan mengikuti jalan ke arah PLTA Karacak. Dari pertigaan ini hingga Desa Puraseda kita tetap masih menikmati kenyamanan berkendara karena jalan mulus berhotmix akan menemani selama perjalanan. Namun selepas itu, jalanan akan mulai tidak mulus. Jalan aspal yang tadinya mulus, karena musim hujan mulai rusak namun masih layak dilalui kendaraan.

Sepanjang jalur ini jangan harap kita akan menemukan toko dan restoran seperti halnya di kawasan Puncak. Namun, mengenai pemandangan sepanjang jalan, treknya tak kalah menarik daripada Puncak karena kanan-kiri jalan disuguhi pemandangan perbukitan dan sesekali memasuki hutan lebat yang masih perawan. Tapi santai saja, di jalur ini kita tidak akan menemukan kemacetan seperti halnya di Puncak. Bagaimana mau macet, perkampungan saja masih jarang.

Sebelum memutuskan berwisata ke tempat ini, pastikan kendaraan dalam kondisi prima karena akan sulit menemui bengkel ketika memasuki jalur Cianten. Pastikan juga ban kendaraan Anda bagus dan layak pakai, karena tidak akan ditemui tukang tambal ban sepanjang jalan. Jangan lupa pula, pastikan tangki bensin terisi full, dikhawatirkan habis di tengah jalan. Sebab, di jalur ini kita tidak akan menemui pompa bensin, yang ada hanya tukang bensin eceran, itu pun masih terbilang jarang karena jalanan didominasi hutan dan perbukitan. Namun itulah seninya perjalanan ke daerah ini, terutama bagi orang yang suka perpetualang.

Segala rintangan selama perjalanan akan terbayar lunas setelah masuk kawasan perkebunan teh Cianten. Pemandangan indah, hamparan kebun teh yang menghijau, masih alaminya suasana, seolah menghapus “duka” selama perjalanan. Seperti halnya perkebunan lain yang dikelola oleh PTPN, di kawasan dengan luas sekitar 675 hentare ini juga terdapat gudang penyimpanan teh, kantor pengelola, mesjid, gedung pengolah teh, dan fasilitas standar perkebunan teh lainnya. Namun, fasiltas umum seperti WC umum, villa, mess, dan sebagainya masih tidak terlihat di kawasan ini.

Apa bagusnya Cianten daripada puncak? Bisa dibilang, kawasan Cianten ini merupakan kombinasi antara perkebunan teh dan hutan lindung. Sepanjang mata memandang, hamparan luas perkebunan teh dikelilingi hutan lindung Taman Nasional Halimun-Salak. Di sini juga kita akan menemukan semacam wisata budaya. Penduduk di sekitar perkebunan masih belum begitu terpengaruh budaya kota, sehingga kehidupan sehari-harinya sebagian masih berjalan secara tradisional. Kearifan penduduk lokal dan keseriusan pengelola mengurus perkebunan ini menjadikan tempat ini memiliki daya tarik tersendiri untuk dikunjungi.

Dari kawasan perkebunan teh Cianten ini, kita tinggal memutuskan apakah akan langsung pulang atau melanjutkan perjalanan mengikuti trek yang ada. Jika melanjutkan perjalanan, kita akan sampai di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, Sukabumi, atau bahkan bisa langsung tembus ke arah Pelabuhan Ratu dengan memakan waktu sekitar 1-2 jam perjalanan lagi.

Selamat berwisata dan berpetualang!

Untuk melihat foto-foto lain, silakan klik di sini.

18 Jun 2008

Jalan-Jalan: Pantai Pulorida, Banten

Jalan-jalan kali ini yang dekat-dekat saja, yakni ke Cilegon dan Pantai Pulorida, Banten, sekalian ikut acara peresmian HTML wilayah Cilegon. Berangkat dari Jakarta sabtu siang, 6 Juni 2008. Berangkat kali ini ga bareng rombongan, tapi cuma 2 motor aja, karena ketinggalan rombongan yang berangkat dari Parkit Senayan, Sabtu paginya. Terpaksa jalan cuma 2 motor karenanya paginya harus ngecek motor ke bengkel terlebih dahulu.

Jalan tanpa rombongan terasa lebih asyik, karena bisa santai di jalan dan istirahat sesuai kemauan, meskipun saat itu harus jalan di siang hari bolong plus kemacetan di mana-mana. Tapi kalo dibawa santai, suasana hati pun ikut santai.

Berangkat dari Jakarta pukul 11.00 WIB, tiba di rest point Balaraja sekitar pukul 14.00 WIB. Ternyata di sana masih ada rombongan yang masih tinggal dan istirahat. Setelah sejenak istirahat, perjalanan grup riding dimulai hingga lokasi acara di Cilegon.

Setibanya di Cilegon, rombongan sempat mampir ke lokasi acara yang masih sepi, karena acara baru akan dibuka malam harinya. Oleh panitia, rombongan diantar ke penginapan yang sudah disediakan di kawasan Krakatau Steel. Malam harinya selepas malan malam, rombongan satu penginapan langsung meluncur ke lokasi acara. Namun, tak sampai dua jam mengikuti seremoni, rombongan kembali ke penginapan karena pukul 03.00 dini hari harus pulang ke jakarta untuk menghindari kemacatan sepanjang jalan.

Namun, di samping rombongan yang pulang tersebut, ada juga rombongan yang masih bertahan di penginapan karena akan berwisata ke pantai esok harinya. Malam itu semakin meriah dengan kedatangan rombongan ketiga yang berangkat dari Jakarta pukul 22.30, tambahan sekitar 13 orang plus 4 mobil beserta keluarga. Besok paginya, setelah check out dari penginapan, rombongan tersisa langsung meluncur ke Pantai Pulorida. Berikut hasil jepretannya:

16 Mei 2008

Touring Hujan-Hujanan: Ciamis (Part III-Tamat)

Sambungan dari cerita sebelumnya….

Langit tampak mendung saat itu. Seragam tempur alakadarnya segera dikenakan untuk menghindari hujan yang bisa datang dengan mendadak. Benar saja, keluar Kota Ciamis, hujan kembali turun dengan lebatnya. Kondisi hujan semakin tak terduga. Nyali pun mulai menciut. Bagaimana tidak, saking lebatnya, jarak pandang sangat terbatas. Selain itu, jas hujan yang tidak mumpuni membuat air hujan menembus membasahi pakaian yang dikenakan. Kepalang tanggung, perjalanan tetap dilanjutkan dengan menembus derasnya hujan dan jarak pandang yang terbatas.

Memasuki Ciawi, ternyata hujan masih setia menemani. Hmm…akhirnya hujan mulai mereda ketika si macan besi memasuki daerah Malangbong. Di sini saya sempat break sebentar sambil foto-foto dan menghabiskan beberapa batang rokok. Di saat itu, hati sedikit terhibur setelah melihat satu motor Tiger berstiker HTML melintas ke arah Tasikmalaya. Serasa dunia ini sangat sempit, di mana-mana ada HTML…

Sambil menunggu jalanan agak kering, saya isap lagi beberapa batang rokok sambil kembali mengecek kondisi motor. Setelah siap, perjalanan pun kembali dilanjutkan. Kali ini jalanan sudah benar-benar kering. Jalur Malangbong-Bandung pun dilibas dengan kecepatan sedang sambil mengadu nyali di tikungan-tikungan tajam. Nggak sayang saya mengeluarkan uang gede untuk membeli ban merek Bridgestone Battlax BT92 ukuran 150-70-17, karena keampuhannya benar-benar teruji di jalanan ini. Belokan-belokan dapat dilalui dengan mantap tanpa khawatir terpeleset.

Pukul 16.30 WIB, Kota Bandung sudah menyapa, yang disambut dengan kemacetan. Suasana hati tambah ruwet ketika hujan kembali turun dengan lebatnya. Keluar Sukarno Hatta, si macan besi segera diarahkan ke Cijerah untuk mengambil HP yang tertinggal itu. Tapi, sebelum tiba ke rumah, tampak rumah makan yang sangat menggoda untuk disinggahi. Kebetulan saat itu perut sudah keroncongan lagi. Saat itu makan dengan menu nasi timbel, sayur asem, lalapan, sambal, ayam goreng, dll. Mantap sekali makan saat itu, apalagi sambil ditemani hujan yang sudah mulai mereda. Urusan perut selesai, sekarang tinggal ngambil HP. Sesampainya di rumah, tuan rumah memaksa saya untuk menginap kembali di sana malam itu sambil mengeringkan pakaian basah. Dipikir benar juga, lagian besoknya masih hari libur dan masih ada kesempatan untuk istirahat di rumah. Untuk menghargai tuan rumah, akhirnya saya pun kembali menginap di sana. Malam harinya tidak ada acara apa-apa, hanya istirahat, maen PS, makan, dan tidur…mantafff….!!!

Jam 07.00 WIB esok harinya, si macan besi sudah siap untuk melanjutkan perjalanan. Motor kembali dicek segala sesuatunya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan. Setelah sarapan, jalanan Kota Bandung-Cimahi-Padalarang kembali ditapaki. Kemacetan tak tampak jalur ini. Langit pun tampak bersahabat. Keluar dari Padalarang, kondisi jalan yang menakjubkan menemani perjalanan etape ini. Jalanan mulus, turunan tajam, dan bukit-bukit di sepanjang jalan yang luar biasa ditambah udara yang masih sejuk, membuat perjalanan sangat begitu nikmat, sangat kontras dengan perjalanan menuju Ciamis. Namun, memasuki Rajamandala, saya sempat dikejutkan oleh teriakan warga yang mengingatkan untuk memelankan laju motor. Saya pun segera menurunkan kecepatan. Sungguh baik hati para warga saat itu, ternyata di tengah banyak oli berceceran. Dengan ekstrahati-hati, saya tunggangi si macan besi dengan sangat pelan khawatir tergelincir karena jalanan licin. (Meskipun pake batlax, tetap aja licin kalo ngelawan oli…). Ketika ceceran oli sudah tak tampak di jalanan, motor kembali digeber menikmati trek yang lurus dan mulus sampai Cianjur. Di Kota Cianjur, saya sempatkan mampir ke rumah teman yang istrinya baru melahirkan. Di sana tak lama, cukup satu jam. Perjalanan pun kembali dilanjutkan khawatir jalanan di Puncak keburu macet.

Saking menikmatinya turing kali ini (walau kadang menjengkelkan), saya sampai lupa membeli oleh-oleh yang dipesan orang tua di rumah. Alamaakk…rencananya mau beli oleh-oleh dari Ciamis, tapi sekarang sudah di Cianjur! Bagaimana ceritanya ini? Hmm…biarlah, yang penting ada oleh-oleh yang bisa dibawa buat orang tua. Langsung saya parkirkan si macan besi di salah satu sentra oleh-oleh Kota Cianjur. Wah…ternyata uang di dompet masih cukup buat memborong oleh-oleh. Segera box diisikan box Givi bermacam oleh-oleh, sampai-sampai barang-barang pribadi harus dikorbankan untuk diikat di jok belakang. Setelah tidak ada ruang lagi di box, perjalanan kembali dilanjutkan menuju arah Puncak.

Sempat senang di awal karena jalanan lancar-lancar saja, memasuki puncak, jalanan dilanda kemacetan. Maklum saat itu hari akhir libur panjang yang notabene orang-orang Jakarta kembali ke rumahnya setelah berwisata di Puncak. Jalur buka-tutup pun mulai diberlakukan dan hujan kembali turun dengan lebatnya. Untungnya semua buah tangan yang tadi dibeli di Cianjur masuk ke dalam box. Jika tidak, mungkin sudah basah kuyup…hehehe…

Memasuki Bogor, saya berpisah dengan teman yang setia menemani perjalanan ini. Dia langsung ke rumahnya di Depok, sementara saya langsung menuju rumah orang tua di bilangan Bogor Barat (nyingcet euy…). Sampai rumah, kedua orang tua yang selalu berharap anak kesayangannya ini pulang dengan selamat, sudah menanti di depan rumah. Segara saya salami keduanya dengan penuh cinta kasih. Selain bahagia saya pulang dengan selamat, kedua orang tua juga senang dengan oleh-oleh yang saya bawa. Dibilangnya sih oleh-oleh dari Ciamis, padahal dibeli di Cianjur. Sama aja, kan?…hehehe…..

Setelah istirahat semalaman, besok subuhnya saya kembali melanjutkan perjalanan ke Jakarta untuk kembali mencari rezeki dan sesuap nasi di sana…..

Tamat.





Touring Hujan-Hujanan: Ciamis (Part II of III)

Sambungan…

Di Rajapolah, kami sempat berhenti untuk istirahat sambil menghabiskan sebatang rokok dan sebotol minuman. Saat itu sempat bingung mau menginap di mana karena ditawari 2 tempat oleh 2 teman yang berbeda, yakni di Ciamis dan Tasik. Karena malam itu target perjalanan sampai Ciamis, maka diputuskan malam itu menginap di Ciamis saja, dan kemudian besoknya menginap di Tasik. Setelah otot dirasa sudah meregang, perjalanan dilanjutkan ke Ciamis.

Jalur lurus dan mulus munuju Ciamis dilahap dengan kecepatan tinggi, bahkan sesekali menggeber sampe 120 kpj. Saat itu serasa raja jalanan, karena lengangnya jalanan. Meskipun kebut-kebutan, tetapi tetap safety dan menggunakan perhitungan yang matang. Tepat pukul 20.30 WIB, Kota Ciamis menyambut kedatangan tamu dari Jakarta ini. Sasaran utama untuk dikunjungi di kota ini adalah alun-alun untuk sekedar break dan ngopi-ngopi di tengah dinginnya malam sambil menunggu penjemputan selanjutnya.

Setelah bertemu dengan teman dan selanjutnya mengobrol seru sekitar 1 jam, mata serasa sudah 5 watt. Acara nongkrong-nongkrong pun disudahi. Tujuan selanjutnya adalah rumah teman untuk istirahat sampai pagi menjelang, setelah seharian berjibaku dengan hujan lebat yang menemani sepanjang perjalanan.

Tidur semalaman membuat malas untuk beraktivitas pada pagi harinya. Inginnya terus bablas tidur sampai siang menjelang. Namun, saya tersadar saat itu, buat apa jalan jauh-jauh ke Ciamis kalo hanya untuk tidur di sini. Kalo mau tidur, mending di rumah saja..hehehe…. Pagi harinya, tuan rumah pun mengajak sarapan di alun-alun. Sambil cuci mata katanya! Wow…benar saja, alun-alun tampak riuh dengan mojang-mojang yang sedang jalan-jalan pagi. Ga rugi deh bangun pagi-pagi! Tapi karena tujuan utamanya cari sarapan, lihat-lihat cewek Ciamis cuma sampingan…hahaha…

Saat itu masih ada waktu sehari sebelum acara kumpul-kumpul dimulai. Sempat terpikir untuk melanjutkan perjalanan ke Pangandaran, tapi harus diurungkan karena kondisi fisik yang sempat drop. Muter-muter kota Ciamis dan Tasik sambil wisata kuliner menjadi alternatif.

Bosan di sana, Kota Tasik menjadi tujuan selanjutnya. Rumah teman di Tasik yang semalam menawarkan untuk diinapi menjadi sasaran kali ini. Saat itu motor terlihat sangat dekil karena belum sempat dicuci karena hujan semalaman. Dalam perjalanan ke Tasik, tak lupa sambil mencari tukang nyuci motor. Susah juga nyari cucian khusus motor, sampai akhirnya menemukan tempat pencucian mobil yang menerima motor juga. Tapi..hmm…sudah masuk tempat cuci, si macan besi tak kunjung dicuci karena pegawainya mendahulukan mobil. Gondok karena tak kunjung dicuci, akhirnya saya membatalkan ritual cuci-mencuci ini dengan alasan harus cepat-cepat melanjutkan perjalanan. Motor pun dibiarkan tetap dekil dan perjalanan dilanjutkan. Untuk kesekian kalinya, di perjalanan menuju Tasik ini saya berpapasan dengan beberapa klub Tiger menuju arah Jawa Tengah. Mungkin itu brother yang mau pulang ke arah timur setelah menghadiri acara ultah TTFC.

Saat itu langit sangat bersahabat, sehingga perjalanan pendek ini dilalui dengan santai sambil menikmati jalanan lurus nan mulus. Untuk mengabadikan perjalanan ini, beberpa kali sempat berhenti ketika menemukan view yang tepat untuk berfoto. Rumah yang dituju pun sudah di depan mata dan tuan rumah sudah tampak menunggu di depan rumah. Karena sudah lama tak berjumpa, mereka menyambut bak prajurit sepulang dari medan perang. Aneka makanan khas tasik pun dihidangkan….

Setelah puas melepas kekangenan sambil icip-icip makanan, saya intip si macan besi dari balik jendela. Hmm…kasihan juga melihat si macan besi dibiarkan kotor seharian. Tanya-tanya tuan rumah ternyata lokasi tukang cuci motor sangat jauh. Tidak ada jalan lain selain mencuci sendiri biar puas. Tuan rumah pun mengizinkan saya mencuci motor di halaman dan menyediakan keperluan untuk mencuci motor. Beberapa saat kemudian, motor tampak kembali cantik dan fresh.

Kini saatnya acara santai. Motor sudah dicuci, perut pun sudah kenyang. Menemani waktu untuk berleha-leha, tuan rumah segera menghidangkan kelapa muda yang langsung dipetik dari pohonnya. Hmm…tenaga kembali terkumpul. Sebuah kamar pun disediakan untuk istirahat. Tak lupa, tuan rumah juga menyediakan air hangat untuk mandi. Mantaaaffffff…….!!!! Petang harinya, tuan rumah mengajak keliling Kota Tasik sekalian makan malam plus wisata kuliner lainnya hingga malam hari. Kesempatan ini juga saya gunakan untuk menemui teman lain yang sudah lama tak dijumpa. Jadi deh saat itu acara reuni kecil-kecilan.

Esok paginyanya, setelah berpamitan kepada seluruh keluarga tuan rumah, saya kembali ke Ciamis untuk menghadiri acara kumpul-kumpul itu. Si macan besi tetap setia menemani perjalanan ini. Acara sudah dimulai ketika saya tiba di tempat tujuan. Kalo ini sih tidak perlu diceritain supaya ceritanya tetap fokus: Touring, Bro!

Singkat cerita, acara reuni sudah selesai pukul 14.00 WIB. Saya pun memutuskan untuk pulang hari itu juga karena harus mampir lagi ke rumah orang tua di Bogor. Teman-teman yang lain berencana tidak pulang cepat karena mereka akan berwisata ke Gunung Galunggung dan mengunjungi teman di Garut. Saya (masih setia berdua) akhirnya berpamitan dengan mereka dan meminta maaf karena tidak bisa ikut bergabung. Setelah siap berangkat, saya merasa ada yang kurang dalam bawaan di box. Setelah dicek, ternyata HP CDMA yang memang tidak diaktifkan karena berada di luar kota, tidak ada di tempat entah ke mana. Saya pun kelabakan, sampai-sampai semua bawaan di tas dan box diobrak-abrik.. Ternyata, eh ternyata, HP itu tertinggal di Bandung di rumah yang sebelumnya saya kunjungi sebelum ke Ciamis. Hmm…berarti kalo begitu, berarti sebelum ke Bogor, perjalanan harus dihentikan dulu untuk mampir ke Bandung hanya untuk sekadar mengambil HP yang tertinggal.

Bersambung lagi….




Touring Hujan-Hujanan: Ciamis (Part I of III)

Sambil menyelam minum air. Itu kata pepatah. Tapi, entahlah itu sesuai dengan perjalanan kali ini atau tidak. Jalan-jalan kali ini memang tidak pernah direncanakan sebelumnya, namun karena kebetulan ada acara kumpul-kumpul teman lama di Kota Ciamis. Yah, daripada naik mobil, mending naik motor buat nambah pengalaman. Bermodal nekad dan kondisi motor yang sedang sehat, perjalanan ini terlaksana juga meskipun saat itu sedang musim hujan. Kondisi alam yang tak menentu tidak menyurutkan nyali untuk tetap berangkat, karena memang saya sudah terbiasa melakukan perjalanan dengan sepeda motor. Ya, mau gimana lagi, sampai saat ini baru bisa kebeli motor saja. Jadi kemana-mana ya pakai motor! hehehe…

Touring kali ini saya ditemani salah seorang teman yang kebetulan baru saja membeli motor sejenis dengan tunggangan selama ini. Katanya sih lagi pengen ngejajal macan besinya. Ini merupakan kali kedua saya melewati jalur selatan Jawa Barat, setelah sebelumnya ke Tasikmalaya dengan rekan-rekan dari HTML Jaktim dalam rangka menghadiri resepsi pernikahan salah satu member HTML JT.

Perjalanan tidak di-start dari Jakarta, tapi dari rumah orang tua di Bogor. Hari itu, berangkat dari rumah sekitar pukul 06.00 karena janjian di Pemda Cibinong. Sengaja janjian di sana karena saya harus mengambil plat nomor baru, setelah sebulan sebelumnya menyelesaikan perpanjangan STNK di Samsat Bogor.

Tepat pukul 09.00 perjalanan ke Ciamis dimulai, dengan rute Jalan Raya Jonggol – Bandung – Ciamis. Namun, setelah jalan beberapa kilo meter, kelistrikan si macan besi bermasalah karena starter dan klakson tidak berfungsi. Hmm…ada-ada saja, padahal perjalanan baru saja akan dimulai. Ternyata aki motor sudah minta diganti karena mulai soak. Karena perjalanan masih jauh, mau mau tidak mau harus ganti aki dulu. Bisa dibayangkan betapa tersiksanya perjalananan ini seandainya klakson dan starter tidak berfungsi.

Perjalanan kembali dilanjutkan setelah sebelumnya mengisi bensin full tank. Jalanan tampak tak begitu ramai karena belum saatnya karyawan pabrik sepanjang Cibinong-Cilengsi istirahat. Memanfaatkan sepinya jalanan, motor dapat dibesut dengan kecepatan rata-rata 80-110 kpj. Jalur Jonggol pun dilalui dengan lumayan lancar meskipun sedikit terganggu dengan lubang-lubang yang menganga di tengah jalan. Inilah enaknya perjalanan hanya berdua. Serasa jalanan milik sendiri sehingga kecepatan pun tinggal menyesuaikan tergantung kebutuhan

View pemandangan yang menakjubkan dan jalanan yang berkelok-kelok menemani perjalanan etape ini. Hamparan pesawahan, hutan, bukit, dan jurang yang luar biasa ditambah udara yang sangat segar membuat siang hari yang terik itu tidak terasa panas. Sebelum keluar jalur Jonggol, tampak dari belakang serombongan motor Tiger. Hmm…ada teman di perjalanan, nih. Sempat nguntit dari belakang tanpa diketahui sweeper-nya, dan melihat stiker di spakbornya, ternyata rombongan itu dari Gartic, klub Tiger yang bermarkas di daerah Cijantung. Sambil jalan dengan kecepatan rendah, saya hampiri sweeper-nya dan menanyakan daerah yang akan dituju. Ternyata, rombongan tersebut dalam perjalanan menuju Garut. Wah, sebuah kebetulan, karena saya juga akan searah dengan mereka. Tanpa pikir panjang, saya pun minta izin untuk bergabung dalam rombongan mereka.

Ciranjang-Padalarang-Bandung dilahap dengan mulus dan relatif cepat. Namun, memasuki Cimahi, rombongan sempat berhenti karena pimpinan rombongannya tidak hafal betul jalan-jalan di Kota Cimahi hingga keluar Bandung. Entah mengapa, saat itu saya ditunjuk untuk menjadi SO. Ya sudah…akhirnya saya berhasil membawa rombongan keluar Cimahi. Terlena menikmati posisi SO, saya hampir lupa kalau saya harus mengunjungi salah satu temen dulu di sana. Rombongan saya hentikan dan menyerahkan “tampuk pimpinan” kembali kepada pimpinan rombongan mereka. Mereka melanjutkan perjalanan, sementara saya berhenti sejenak di Sukarno Hatta untuk mengontak teman akan dikunjungi. Saat itu pukul 10.45. Kaget bukan kepalang ketika melihat jam di tangan. Apakah jam tangan yang ngaco, atau perjalanan memang dilalui dengan begitu cepat. Berarti perjalanan dari Cibinong sampe Bandung tidak sampai 2 jam, tepatnya 1 jam 45 menit. Hmm…rekor baru buat saya….

Si macan besi segera diarahkan ke arah Cijerah setelah sebelumnya mendapat petunjuk jalan dari tuan rumah. Setelah puas melepas kangen, tepat pukul 15.00 WIB, perjalanan kembali dilanjutkan karena tak mau kemalaman sampai Ciamis. Jiwa petualang muncul saat itu. Mumpung ada di Bandung, saya ingin mencoba jalan lain menuju jalan utama Sukarno Hatta meskipun langit sudah tampak mendung. Dasar emang sok tahu, yang ada malah kesasar. Di tengah kebingungan, seorang pengendara GL Pro menyapa dan menghampiri. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, ternyata dia merupakan salah satu anggota klub tiger di bandung (TAB) yang kebetulan saat itu tidak sedang menggunakan Tiger-nya. Dia mengira saya akan ke Tasik untuk menghadiri anniversary TTFC. Karena, paginya dia bersama rekan-rekan TAB lainnya mengantar teman-teman dari Bengkulu yang akan ke Tasik. Setelah mengutarakan kalau saya tersesat, dengan senang hati dia bersedia mengantar sampai Jalan Sukarno Hatta. Anyway, terima kasih atas bantuannya, Bro!

Memasuki Sukarno Hatta, hujan turun dengan lebatnya. Tapi, perjalanan tetap dilanjutkan karena memang “peralatan tempur” sudah terpasang sejak berangkat dari Cijerah. Penderitaan pun tambah komplet dengan macetnya jalan, apalagi jalanan menuju Cileunyi. Pukul 17.00 WIB, kami sudah sampai tol Cileunyi, sementara hujan masih turun dengan derasnya. Kemacetan terjadi lagi di Rancaekek hingga Nagreg. Hmm..sungguh perjalanan yang melelahkan.

Setelah melibas kemacetan di tengah guyuran hujan, perut pun mulai keroncongan lagi. Selepas Nagreg, Kompleks Mesjid Al Mahdiyin menjadi sasaran untuk melepas lelah dan mengisi perut sambil sholat Maghrib. Melihat hujan sudah agak reda, perjalanan dilanjutkan menuju Ciamis dengan tak lupa memeriksa kondisi motor, termasuk memeriksa tekanan ban, karena jalanan pasti akan basah atau bahkan diguyur hujan lagi. Benar saja, motor tidak bisa dipacu dengan kecepatan tinggi di jalur ini karena kondisi jalanan yang relatif basah, gelap, licin, banyak belokan berliku, dan berhadapan dengan bus malam, sehingga harus ekstrahati-hati menunggangi si macan besi untuk menghindari hal-hal yang tak terduga. Hujan pun kembali menemani perjalanan malam itu. Pelan tapi pasti, Malangbong berhasil dilalui hingga memasuki Kab. Tasikmalaya.

Bersambung….





20 Apr 2008

Trip Report: Cianjuran

Dalam rangka memenuhi undangan syukuran pernikahan Thole (owner Thole Motor & Modification) yang belokasi di Cianjur, Jawa Barat, HTML Jakarta Timur (JT) berangkat dengan hampir full team yang dibagi menjadi beberapa kelompok pemberangkatan, yakni Jumat malam dan Sabtu malam. Keberangkatan pertama pada jumat malam dipimpin oleh Bro Muji dan berangkat sekitar pukul 23.00 WIB dari Jalan Paus, Rawamangun. Sementara rombongan Sabtu malam berangkat dari Mekdi Pangkalan Jati dipimpin oleh Lutfi yang diberangkatkan dalam 2 kloter, dan Pinang Ranti (PR) dengan hanya 1 kloter pemberangkatan.

Turing kali ini sekaligus menjadi ajang pelatihan grup riding bagi para member baru yang belum terbiasa dengan perjalanan berkelompok. Antusiasme member baru pun terbilang bagus, karena sebagian besar dari mereka mengikuti acara ini. Dari mekdi sendiri, member baru sengaja dipecah ke dalam 2 kelompok, yakni ikut kloter 1 dan sisanya kloter 2. Kloter 1 dipimpin langsung oleh Korwil JT Bro Anto sebagai SO, dan Bro Eri sebagai sweeper. Sementara kloter 2 dipimpin oleh Boy selaku SO, dan Lutfi sebagai sweeper. Tepat pukul 20.00 WIB, rombongan pertama diberangkatkan. Tak lupa sebelum pemberangkatan, doa bersama pun dilakukan untuk kesalamatan selama perjalanan.

Selang 30 menit kemudian, rombongan kedua pun diberangkatkan. Karena lokasinya di Cianjur, rute yang dipilih pun jalur Puncak melalui Jalan Raya Bogor, dengan pertimbangan bahwa jalan di jalur tersebut terbilang mulus meskipun harus melewati kemungkinan kemacetan di daerah Puncak. Rombongan sengaja tidak melewati jalur Jonggol dengan pertimbangan bahwa jalur tersebut terbilang maut pascamusim hujan berkepanjangan. Ya, berdasarkan informasi, jalur tersebut sangat tidak recommended untuk dilalui karena jalanan rusak berat dengan lobang menganga di mana-mana. Maka, dipilihlah jalur puncak sebagai alternatif. Padahal, dari segi jarak, tentu jalur Jonggol lebih dekat karena lokasi acara berada setelah Ciranjang, Cianjur.

Jalur Bogor pun dilalui dengan mulus tanpa ada hambatan berarti. Namun, selepas Gadog, cobaan itu datang. Di luar perkiraan, jalur Puncak ternyata macet total. Tak disangka dan tak dinyana, motor hanya bisa melewati bahu jalan dan kadang-kadang stuck di tengah jalan. Itu juga harus berebutan dengan pengendara lain. Kemacetan ini terjadi dari 2 arah sekaligus sehingga motor tidak bisa bermanuver menerobos kemacetan. Setelah jalan beberapa kilometer, ternyata kemacetan tersebut disebabkan adanya peringatan Maulid Nabi Muhammad yang dilaksanakan oleh seorang Habib terkenal di daerah Cipayung. Ribuan warga tampak menghadiri acara tersebut sehingga kemacetan pun tak bisa dihindari.
.
Awalnya, rombongan memaksakan untuk tetap melanjutkan perjalanan dengan menembus kemacetan yang ada. Namun, karena kemacetan tanpak terus memanjang dan tak ada ujung, beberapa motor mulai bertumbangan. Ada yang tak sanggup melanjutkan perjalanan karena takut kopling jebol, terdapat pula sebagian mesin motor yang mati karena overheating, terutama motor jenis Tiger Revo. Kondisi jalanan semakin menyiksa bagi member yang memasang sidebox di motornya. Melihat kondisi seperti itu dan tak memungkinkan untuk menerobos kemacetan, rombongan memutuskan untuk berhenti sambil menunggu perkembangan kemacetan selanjutnya, sekalian mendinginkan motor yang kebanyakan sudah overheating. Jika dalam jangka waktu yang telah ditentukan ternyata kemacetan tidak mengurai, rencanannya sebegian rombongan memutuskan akan kembali ke Jakarta. Beberapa member sempat menyesalkan mengapa harus melewati jalur Puncak jika keadaannya bakal seperti ini. Namun siapa yang bakal seperti ini. Bisa dibayangkan jika melewati Jalur Jonggol, pasti akan tiba di tempat tujuan dengan cepat meskipun jalanannya hancur. Namun, nasi telah menjadi bubur. Semua serbasalah dan pasrah, maju kena mundur kena. Tak mungkin harus kembali ke Jakarta dan melewati jalur Jonggol.

Di pinggir jalan tepat di depan sebuah hotel di Cipayung, rombongan beristirahat sembari menunggu rombongan PR. Dari situ rombongan dapat menyaksikan langsung betapa tersiksanya pengendara motor dan mobil di tengah kemacetan superpadat di jalur ini. Setelah 30–60 menit beristirahat, terlihat rombongan PR bersusah payah menerobos kemacetan. Rombongan yang sedang istirahat segera mencegat mereka agar sementara waktu tidak melanjutkan perjalanan, mengingat kemacetan yang semakin parah. Akhirnya, di depan hotel tersebut makin penuh dengan motor-motor Tiger yang menumpang parkir.

Sekitar pukul 00.00 WIB, kemacetan belum menunjukkan iktikadnya untuk memudar. Ini semua di luar dugaan, padahal sebenarnya rombongan JT ditunggu di tempat acara maksimal pukul 00.00 WIB, karena telah disediakan aneka hidangan dan hiburan khas daerah setempat. Namun, pada pukul 00.00 WIB itu, rombongan masih berjibaku di daerah kemacetan Puncak. Dengan niat tulus menghadiri acara tersebut, rombongan bertekad tetap melanjutkan perjalanan meskipun di tempat yang dituju sudah tidak ada acara apa-apa. Yang penting bisa datang dan sempat memberikan ucapan selamat kepada si empunya acara.

Mengingat saat itu sudah terlampau malam, tanpa basa-nasi lagi rombongan segera mengenakan “alat tempur” dan menyalakan mesin motor masing-masing untuk melanjutkan perjalanan walau harus menerobos kemacetan sekalipun. Kali ini perjalanan tidak dipaksakan untuk dapat berkelompok agar mudah memecah kemacetan. Titik poin pun ditentukan di Puncak Pass. Setelah membelah kemacetan sekitar 1 km, jalanan ternyata lancar kembali. Jalanan puncak pun dapat dilalui dengan lancar dan mulus. Di titik poin yang telah ditentukan, tampak menunggu rombongan yang sudah tiba terlebih dahulu. Di sini, rombongan memutuskan untuk beristirahat sambil menunggu rombongan yang masih tercecer di belakang.

Dari Puncak Pass, rombongan rencananya akan diberangkatkan dalam satu kloter. Namun, di saat sedang istirahat tersebut, salah satu member mendapat kabar bahwa rombongan Jakarta Barat yang masih berada di daerah Gadog dan minta ditunggu selama 30 menit, karena di rombongan tersebut ada accident yang melibatkan membernya. Dari Puncak Pass, rombongan Jakarta Barat akan bergabung dengan rombongan Jakarta Timur. Rombongan JT pun akhirnya menunggu. Saat itu jam di tangan sudah menunjukkan pukul 01.00 WIB.

Setengah jam menunggu, rombongan Jakarta Barat belum tampak batang motornya. Akhirnya, daripada terlalu dini hari tiba di lokasi acara sehingga dikhawatirkan mengganggu tuan rumah dan penduduk di sekitar lokasi acara, sebagian rombongan diberangkatkan, sedangkan sebagian lagi menunggu rombongan Jakarta Barat. Rombongan yang berangkat lebih dulu dipimpin oleh Boy sebagai SO dan Lutfi sebagai sweeper, dengan sekitar 15 motor di belakangnya. Di rombongan ini, baru jalan beberapa kilometer, motor salah satu member baru bermasalah. Diamati dari belakang, motor tersebut seperti tidak bertenaga sama sekali. Sekalinya menyalip mobil, motor itu tak bisa lari sehingga membahayakan motor di belakang dan kendaraaan dari lawan arah. Apalagi, ketika ada tanjakan, motor tersebut seperti lunglai tanpa tanaga. Motor yang di belakangnya akhirnya berinisiatif untuk mengecek motor tersebut, sementara rombongan di depan dibiarkan tetap melanjutkan perjalanan mengikuti SO. Saat itu rombongan yang ikut berhenti dan mengecek hanya 3 motor plus 1 motor yang trouble. Untuk memastikan ada apa dengan motor tersebut, bro Lutfi berinisiatif menukarkan motornya untuk mengetahui ada apa gerangan yang terjadi. Setelah dicoba beberapa meter, ternyata benar motor tersebut tidak bertenaga. Vonis pertama jatuh karena kampas kopling habis karena kemacetan gila di puncak sebelumnya. Motor pun tetap bisa jalan, tapi hanya mentok di 40 kpj. Itu juga jika menemukan tanjakan terpaksa disetut (bener ga sih tulisannya gitu?). Untungnya jalur dari Puncak ke Cianjur didominasi jalanan menurun. Nah, di tengah kegelapan malam, 4 motor memecah keheningan jalan Cipanas-Cianjur dengan kecepatan menyesuaikan dengan motor yang trouble tersebut. Tepat pukul 03.30, rombongan terakhir tiba di lokasi acara.

Di lokasi acara, tampak ada panggung hiburan, tapi sudah tidak ada yang mengisi. Karena bagaimana pun acara sudah selesai sebelum tengah malam. Seandainya lewat jalur Jonggol, minimal rombongan masih bisa menyaksikan acara hiburan yang disuguhkan. Sebagain member memutuskan untuk beristirahat dan tidur, tapi sebagian lebih memutuskan untuk mengobrol karena berencana akan langsung pulang ke Jakarta saat itu pula tanpa menunggu pagi datang. Namun, ada pula sebagian member yang memutuskan untuk tidak pulang saat itu mengingat kondisi tubuh yang tidak memungkinkan. Sempat ditahan-tahan oleh tuan rumah agar tak pulang saat itu dan disarankan untuk berangkat besok pagi, akhirnya rombongan tetap pulang mengingat beberapa member memiliki berbagai keperluan lain esok harinya. Setelah makan (atau mungkin lebih tepat dikatakan sahur…hehehe…), rombongan meninggalkan lokasi acara tepat setelah azan shubuh berkumandang. Kurang lebih ada 20 motor yang tergabung dalam rombongan. Kali ini, rombongan dipimpin oleh Bro Cemong (Jakarta Barat). Sebelum berangkat, sempat dimusyawarahkan terlebih dahulu jalur mana yang akan dilalui, apakah jalur Jonggol atau Puncak. Dengan beberapa pertimbangan, faktor kemulusan jalan salah satunya, akhirnya diputuskan untuk tetap melalui jalur puncak seperti halnya keberangkatan.

Jalan dari Ciranjang sampai Cianjur kota yang terbilang lurus-lurus saja, dapat dilalui dengan lancar, meskipun tak bisa dipungkiri kondisi tubuh para member sedang drop karena mengantuk karena tidak tidur sama sekali semalaman. Keluar dari Kota Cianjur, tepatnya sebelum tanjakan yang berbentuk U (Cugenang), sekitar pukul 05.30 WIB, sebuah accident terjadi menimpa salah seorang member baru HTML JT. Karena kurang awas terhadap kondisi jalan, member tersebut tidak bisa menghindari balok yang ada di tengah jalan (tidak mengerti bagaimana ceritanya balok tersebut bisa ada di tengah jalan). Akhirnya motor pun terpelanting beberapa meter dan sempat berputar-putar di aspal. Untungnya saat itu dari arah berlawanan sedang lengang. Percikan api karena gesekan knalpot dan aspal tampak terlihat jelas dari belakang. Tabrakan beruntun pun dapat dihindari karena motor yang tepat di belakangnya berhasil menjaga jarak.

Melihat kondisi seperti itu, rombongan yang ada di belakang segera menghentikan laju motor dan segera menolong korban serta mengevakuasi motor dari tengah jalan. Sementara itu, bro Willey segera menyusul rombongan yang di depan untuk memberitahukan bahwa di belakang ada kecelakaan. Rombongan di depan pun kembali ke TKP untuk memastikan apa yang terjadi.

Puji Syukur ternyata kondisi member yang kecelakaan tersebut tidak apa-apa. Namun, kondisi motornya agak memprihatinkan karena pelek jadi penyok dan knalpot sedikit rusak karena bergesekan langsung dengan aspal. Setelah mengecek sana-sini, motor ternyata masih tetap bisa jalan dan pemiliknya pun menyatakan sanggup melanjutkan perjalanan. Sesaat setelah itu, rombongan kembali diberangkatkan sambil mencari tempat yang strategis untuk istirahat. Setelah beberapa saat beristirahat, jalur Cipanas-Puncak- Gadong pun dilalui dengan lancar karena memang saat itu masih pagi sehingga belum banyak kendaraan memadati jalur tersebut.

Rombongan pun tiba di Jakarta dengan selamat…….

19 Mar 2008

Ke Sukabumi? Lewat Jalur Batutulis Aja…

Pascamusin hujan tahun ini, jalur dari Bogor menuju Sukabumi rusak berat. Setelah keluar dari Ciawi, Anda akan menghadapi jalanan berlobang dan hancur berat. Hal ini mungkin dikarenakan hujan yang terus-menerus mengguyur wilayah itu, ditambahkan dengan buruknya system drainase di kanan-kiri jalan. Kemacetan luar biasa pun menjadi pemandangan yang biasa karena rusaknya jalan ini, selain kemacetan yang disebabkan penumpukan kendaraan di berbagai pasar sepanjang jalur Ciawi-Sukabumi. Terpantau, sepanjang Ciawi hingga pasar Cicurug terdapat ratusan lubang menganga sangat dalam besar yang kemungkinan besar akan menjadi penyebab kecelakaan apabila pengemudi tidak berhati-hati. Bagi yang akan menuju Sukabumi, disarankan melalui jalur alternatif dari Bogor, yakni melewati jalur Batutulis-Cipaku-Cijeruk-Cigombong-Lido-Sukabumi. Jalur ini terbilang mulus meski tidak selebar jalur utama Ciawi-Sukabumi. Kerusakan jalan hanya terlihat di daerah Batutulis dan sekitarnya, selebihnya lancar dan mulus. Namun, Anda juga perlu berhati-hati melewati jalur ini, karena banyak tikungan yang tidak terkira. Disarankan, setelah melewati sebuah tikungan, Anda tetap memelankan laju kendaraan karena ada kalanya akan berhadapan dengan jurang atau persimpangan jalan di depannya.

Jika belum pernah melewati jalur ini, ancang-ancangnya setelah keluar tol Bogor, belokkan kendaraan Anda ke arah Tajur hingga bertemu bundaran jalan di depan Ekalokasi Plaza. Dari situ, arahkan kendaraan Anda menuju Sukasari (belok kanan). Ikuti terus jalan tersebut hingga jalur satu arah bertemu dengan jalur 2 arah. Arah sebaliknya tersebut menuju langsung ke Batutulis. Nah, dari situ belokkan kendaraan ke arah kiri. Di sini Anda akan melewati turunan yang cukup curam dan akan melewati rel kereta api. Setelah rel, Anda akan bertemu pertigaan jalan. Dari situ kemudian ambil arah kanan (jembatan, menyeberangi sungai besar). Di situlah perjalanan menuju Sukabumi dimulai. Di sini juga Anda akan tetap akan melewati jalan berlubang dan sedikit rusak. Selanjutnya Anda tinggal mengikuti jalur tersebut hingga keluar di Cigombong (sebelum Lido). Jangan khawatir masalah waktu. Dengan melewati jalur ini, waktu Anda akan terpangkas daripada melewati jalur Ciawi-Sukabumi, yakni sekitar 45 menit -1 jam perjalanan.

Bagaimana jika Anda dari arah sukabumi? Nah, dari arah sukabumi, pelankan kendaraan Anda jika sudah melewati Lido (Danau Lido). Setelah itu akan bertemu jembatan yang di bawahnya terdapat rel kereta api. Tepat di samping jembatan dan rel tersebut, belokkan kendaraan Anda ke kiri. Ikuti jalur tersebut hingga keluar di Batutulis. Selamat mencoba…

Ride safe, Bro!

22 Feb 2008

Tips Aman untuk Sepeda Motor saat Musim Hujan dan Banjir

Menurut prakiraan BMG, bulan Februari 2008 akan menjadi pemuncak musim hujan tahun ini. Masyarakat diminta waspada terhadap kemungkinan terjadinya banjir besar di berbagai daerah, terutama di Jakarta, akibat hujan yang terus-menerus.

Bagi pengguna sepeda motor, musim hujan ini merupakan musibah, karena kendaraan mereka bisa menjadi “korban” dari banjir yang selalu datang saat musim penghujan tiba. Karena itu, untuk menghadapinya, ada baiknya menyiasati kemungkinan motor Anda menjadi “korban” banjir. Berikut adalah beberapa tips yang mungkin bermanfaat untuk mensiasati banjir.

Di musim penghujan ini, ada baiknya Anda memarkirkan motor di tempat yang aman. Tips parkir aman saat musim hujan adalah sebagai berikut:

  • Pastikan motor Anda diparkir di tempat yang lebih tinggi untuk menghindari genangan air yang bisa saja meluas dan meninggi dengan cepat.
  • Jika parkir di tempat terbuka, usahakan tutup motor Anda dengan cover, atau bisa juga tutup dengan jas hujan untuk menghindari kerusakan cat. Jika seluruh motor tidak bisa ditutup, usahakan tutup tangki motor dengan bahan yang tidak tembus air (jas hujan dll) untuk menghindari masuknya air ke tangki bensin melalui celah-celah yang ada di tangki (tutup tangki dll).
  • Pastikan standar motor Anda berpijak pada aspal, coran, batu, atau apapun yang keras dan kuat untuk menahan pijakan motor, jangan standarkan motor Anda di tanah untuk menghindari amblasnya tanah akibat hujan atau air yang mungkin mengalir.
  • Tutup keran bensin menuju karburator.
  • Pastikan kunci motor Anda tidak tertinggal.

Jika Anda hendak menggunakan kembali motor Anda, sementara motor Anda dibiarkan kehujanan sebelumnya, dan ternyata motor Anda tidak bisa nyala, jangan khawatir. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi, di antaranya air masuk ke karburator. Adapun cara menyiasatinya:

  1. Tutup keran bensin menuju karburator, lalu buka/kendurkan baut saluran pembuangan bensin di karburator. Biarkan bensin yang tersisa di karburator terbuang sampai benar-benar bersih. Ada kemungkinan bensin yang ada di karburator tersebut telah tercampur air. Tutup kembali/kencangkan baut saluran pembuangan bensin tersebut. Setelah itu, nyalakan motor dengan kick stater, jangan dulu menggunakan electric stater. Jika motor tetap tidak mau menyala, ada kemungkinan busi motor Anda kemasukan air.
  2. Buka busi dari kepala busi. Gunakan lap kering untuk mengeringkan busi yang basah. Lap sampai benar-benar bersih dan kering. Setelah itu, sumpal lubang busi yang di mesin dengan lap kering. Sambil disumpal, kick stater motor Anda beberapa kali dalam keadaan mesin mati/kunci kontak off. Sebelum memasang kembali dan mengencangkan busi, pastikan kembali tidak ada air di kepala maupun di busi. Lalu, kick stater motor Anda, insya allah nyala kembali. Jika tetap tidak menyala, mungkin busi motor Anda bermasalah, sebaikanya segera diganti dengan busi baru.

Apa yang harus dilakukan jika terpaksa menggunakan motor dalam keadaan hujan dan banjir? Yups, sebelum memulai aktivitas dengan menggunakan sepeda motor dalam keadaan hujan dan kemungkinan menerobos banjir, ada baiknya mempersiapkan beberapa hal sebagai berikut:

  1. Pastikan di motor Anda tersedia jas hujan. Jangan hujan-hujanan ketika membawa motor tanpa menggunakan jas hujan. Jangan gunakan jas hujan model ponco karena sangat membahayakan Anda dan pengendara lain.
  2. Cek bensin. Pastikan bensin dalam keadaan penuh untuk mengantisipasi kebutuhan bahan bakar apabila harus mencari jalan yang bebas banjir atau hendak melewati banjir. Jangan sampai kehabisan bensin di daerah banjir yang jauh dari pom bensin.
  3. Cek kondisi mesin motor. Pastikan mesin dalam keadaan sehat. Jangan mengambil risiko membawa kendaraan yang “kurang sehat” saat hujan atau banjir.
  4. Bawa tools standar/peralatan mekanik praktis, terutama kunci busi dan obeng (untuk membuka karburator).
  5. Siapkan busi cadangan, kemudian simpan di tempat yang aman dari basah/lembab.
  6. Siapkan kantong plastik, kain kering/kanebo, dan pengikat (karet/tali).

Saat bertemu banjir atau genangan air, jangan panik. Lakukan beberapa hal berikut:

  1. Pertimbangkan dengan matang apakah Anda dan motor Anda bisa menerobos banjir itu dengan aman dan terhindar dari kemungkinan terjebak di tengah-tengah banjir. Hal pertama yang harus dipertimbangkan adalah ketinggian air. Pastikan air tidak lebih tinggi dari kendaraan Anda (maksimal setengahnya atau tidak melebihi lubang knalpot). Hal kedua yang harus diperhatikan adalah jarak banjir. Dalam hal ini Anda sangat membutuhkan pengetahuan lokasi. Apabila Anda baru pertama kali melewati daerah yang dilalui dan tidak terlalu yakin dengan medan yang akan dilalui, jangan gambling, pertimbangkan mencari jalan lain (hati-hati selokan/sungai yang terlihat sama tinggi dengan jalan yang akan dilalui).
  2. Apabila Anda yakin dan tetap memutuskan untuk melalui jalan tersebut, matikan motor dan biarkan mesin dingin.
  3. Tutup lubang knalpot dengan plastik dan ikat kuat dengan tali atau karet yang telah dipersiapkan terlebih dahulu, untuk mencegah air masuk ke mesin melalui lubang knalpot. Namun hal ini bukan jaminan air tidak akan masuk melalui celah-celah kecil yang ada di mesin. Hal ini perlu dilakukan untuk meminimalisasi masuknya air ke dalam mesin dan bercampur dengan oli mesin.
  4. Buka kepala busi dan tutup dengan plastik, kemudian pasang kembali.
  5. Pastikan tanki bensin dalam posisi tertutup.
  6. Setelah persiapan selesai, tuntun motor Anda melewati banjir hingga lokasi yang kering.

Setelah melewati banjir, motor jangan langsung di-start! Lakukan terlebih dahulu beberapa hal berikut:

  1. Pastikan karburator bebas air. Caranya keluarkan residu bensin pada karburator dengan menggunakan obeng plus atau minus sesuai jenis karburator motor Anda. Air dan bensin tidak dapat menyatu, maka air akan terlihat seperti gelembung-gelembung udara. Kemudian setelah campuran bensin dan air dibuang, kencangkan kembali baut-baut yang tadi dibuka/dikendurkan. Selain di karburator, buka keran bensin beberapa saat, kemudian tutup kembali untuk membuang residu campuran bensin dan air. Lakukan hal ini berulang-ulang hingga tidak ada air (tidak ada gelembung) di dalam tangki.
  2. Buka plastik di knalpot.
  3. Buka plastik pada kepala busi. Pastikan kepala busi dan busi dalam keadaan kering. Apabila basah, ganti dengan busi cadangan yang masih kering.
  4. Dalam keadaaan konci kotak off, kick stater motor berulang-ulang untuk memastikan tidak ada air di knalpot. Jika ada air di knalpot, maka ketika motor di-kick stater, air tersebut akan menyembur keluar dari lubang knalpot. Akan lebih baik jika knalpot dicopot dari mesin untuk mengeluarkan air yang kemungkinan mengendap di dalam knalpot.
  5. Nyalakan mesin dengan menggunakan kick starter, jangan gunakan electric starter untuk mengantisipasi terjadinya korsleting pada kabel-kabel kelistrikan akibat terendam air. Apabila motor Anda tidak memiliki kick starter, pastikan kabel-kabel ke aki dalam keadaan kering sebelum menekan tombol start.
  6. Panaskan mesin hingga keadaan stabil.
  7. Setelah motor panas, jangan lupa pakai kembali helm Anda!

Selamat berkendara…ride safe!

* Sebagian diadaptasi dari milis HTML-Jaktim@yahoogroups.com

*Sumber foto: www.banjirjakarta.blogspot.com

3 Feb 2008

Belajar Sejarah Masa Lampau dari Sebuah Novel

Gajah Mada. Seorang tokoh besar dalam sejarah Majapahit yang banyak menyimpan kisah dalam sejarah Indonesia. Kini, di saat dunia kesusasteraan banyak berkutat pada kisah-kisah yang kontemporer, seorang penulis bernama Langit Kresna Hariadi, dengan sangat apik sukses mengangkat kisah Gajah Mada ke dalam sebuah novel.

Dilihat dari tebalnya buku ini, mungkin akan membuat orang sedikit berpikir untuk membacanya. Tapi, setelah dibaca, ternyata buku ini bisa menyihir pembaca untuk menuntaskannya hingga bab terakhir. Berkat kepiawaian penulis, cerita yang disajikan begitu mengalir bak air yang turun dari atas ke bawah. Penggambaran tokoh-tokoh, latar waktu dan tempat, alur cerita, dan sebagainya disampaikan dengan detail, sehingga sulit membayang betapa sulitnya si pengarang mencari referensi dan melakukan riset atas zaman yang dipilih, yang menjadi bekal dan sandaran dalam penulisan novel ini.

Pada bab-bab awal, cerita yang disajikan memang agak sedikit membosankan karena bisa dikatakan sebagai pendahuluan yang menceritakan latar belakang dengan cerita yang masih datar. Namun, memasuki bagian ketiga dan seterusnya, pembaca akan dibawa seolah-olah terlibat secara emosional dan langsung dalam jalinan cerita di dalamnya, Detail sejarah yang diramu sedemikian apik tanpa kesan menggurui seolah-olah membawa pembaca terjun langsung ke masa lampau di zaman kerajaan Majapahit pada tahun 1300-an.

Pembaca juga dibuat penasaran dengan kelanjutan cerita dalam setiap bab, karena kelanjutan apa yang akan terjadi pada cerita yang disajikan tidak bisa diterka, sehingga disayangkan jika berhenti sampai di situ. Itulah kelebihan buku terbitan Tiga Serangkai ini. Bahasa yang digunakan pengarang pun sangat lugas sehingga pembaca akan dengan mudah mencerna cerita yang disampaikan, meskipun masih banyak menggunakan kata-kata atau istilah bahasa jawa kuno untuk menguatkan alur cerita yang dibuatnya.

***

Buku ini diawali cerita keinganan para Dharmaputra Winehsuka yang berusaha menikam dari belakang dan berusaha menggulingkan pemerintahan yang dipimpin oleh Sri Raja Jayanegara. Karena ketidakpuasan dan nafsu ingin menduduki singgasana raja, mereka pun melakukan pemberontakan yang melibat kalangan lain di kerajaan. Pemberontakan ini dipimpin oleh seorang yang bernama Ra Kuti. Dengan diiming-imingi jabatan tinggi jika dia berhasil menjadi sebagai raja dengan menggulingkan Jayanegera, Ra Kuti berhasil merayu beberapa pimpinan pasukan kesatuan untuk mendukungnya melakukan tindakan makar ini. Dukungan pasukan yang kuat pun didapatkan untuk memuluskan aksi makar ini. Namun, dengan kelicikan dan keculasannnya, Ra Kuti mampu memecah belah pasukan yang ada yang tak sadar saling dibenturkan untuk kepentingannya.

Pemberontakan yang dilakukan Ra Kuti menimbulkan penderitaan luar biasa, perang menyebabkan banyak korban jiwa mati sia-sia, banyak anak yang kehilangan orang tua karena perang, banyak istri yang menjadi janda karena ditinggal mati sang suami di medan perang, dan masih banyak penderitaaan yang dialami para kawula (rakyat) Majapahit. Suasana jadi kacau balau, pemerkosaan dan penjarahan terjadi di mana-mana.

Demikian parah makar yang dilakukan Ra Kuti dan kawan-kawannya menyebabkan Jayanegara sampai terusir dari istana. Namun, masih ada pasukan tetap loyal kepada raja sehingga menjadi penyelamat Majapahit, yaitu Bhayangkara. Namun, tidak seimbangnya jumlah balatentara membuat pasukan Bhayangkara di bawah pimpinan Gajah Mada harus pontang-panting melakukan pengamanan wilayah Majapahit, dan melakukan penyelamatan untuk Sang Raja Sri Jayanegera melalui pengawalan luar biasa dengan menempuh perjalanan amat jauh menusuk hingga Badender, nun Jauh di pegunungan Kapur Utara, di pedalaman wilayah Bojonegoro.

Berhasil kaburnya Sri Jayanegara berkat pengawalan pasukan Bhayangkara, tidak serta-merta membuat Ra Kuti puas. Dia tidak akan bisa tidur nyenyak sebagai seorang raja seandainya Jayanegara belum mati di tangannnya. Selian itu, Ra Kuti khawatir seandainya Srijayangera dan pasukan Bhayangkara belum dimusnahkan, suatu saat mereka akan melancarkan serangan balik dan kembali merebut tahta kerajaan dari tangannnya. Dia pun melancarkan perburuan ke manapun pasukan Bhayangkara membawa kabur Sri Jayanegera.

Meski telah disembunyikan di berbagai tempat, bukan berarti Jayanegara dalam keadaan aman, karena ternyata terdapat dua orang telik sandi (mata-mata) yang memihak kepada Ra Kuti dalam pasukan yang dipimpin Gajah Mada tersebut, yang tak segan membocorkan segala rencana dan rahasia yang akan dilakukannya kepada pihak musuh. Namun, berkat siasat dan kecerdasannya, Gajah Mada dapat mengendus dan memberangus siapa sesungguhnya telik sandi itu.

Beruntung keadaan kacau yang diciptakan Ra Kuti dan antek-anteknya berhasil diredam. Pasukan Bhayangkara memberi sumbangsih sangat besar dalam membaerikan serangan balik yang mematikan. Teknik gerilya yang menjadi strategi pasukan Bhayangkara telah terbukti ampuh mampu membuat kocar-kacir pasukan musuh. Selain itu, satu per satu pimpinan pemberontak berhasil diberedel, dan akhirnya Ra Kuti pun mati oleh anak panah pasukan Bhayangkara yang tepat menghantam jantungnya. Namun, di antara “petinggi” pemberontak itu ada yang menyerahkan diri sehingga hanya dipenjarakan. Dia adalah Ra Tanca. Pasukan Bhayangkara sengaja tidak membunuhnya dengan pertimbangan Ra Tanca merupakan orang yang suatu saat akan dibutuhkan karena mempunyai keahlian dalam obat-obatan dan penangkal racun.

Peristiwa makar ini melambungkan Gajah mada yang hanya menyandang pangkat bekel. Tetapi, berkat keberanian dan kecerdasan otaknya, Gajah Mada mampu menyelamatkan raja dari bahaya dan mengembalikannnya ke tampuk pimpinan negara.

Di akhir kisah, setelah sembilan tahun pemberontakan itu, Sri Jayanegera meninggal dunia karena sakit yang dideritannya. Sebelum meninggal, dipanggillah Ra Tanca untuk mengobati sang raja. Yang terjadi malah sebaliknya. Karena ternyata masih menyimpan dendam terhadap sang raja, dalam pengobatan yang dilakukannya, Ra Tanca meracun sang raja dengan racun yang sangat mematikan. Gajah Mada yang saat itu berada di samping sang raja pun tak segan menancapkan kerisnya tepat di jantung Ra Tanca. Bunyi genderang Bende Kiai Samudra pun bertalu-talu dan terus dipukul tiada henti menjadi sebuah isyarat membari tahu siapa pun dan di manapun bahwa sang raja telah mangkat. Istana berduka. Sang Raja yang dicintainya rakyatnya telah wafat.....

Kelanjutan kisahnya ada dalam buku kedua: Gajah Mada, Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara.

Selamat membaca...

17 Jan 2008

BUSWAY atau BUS WAY?

Jika Anda memperhatikan berbagai papan informasi yang terdapat pada berbagai fasilitas umum dan biasa melintasi jalur-jalur Kota Jakarta, terutama yang sering naik Transjakarta, mungkin akan menemukan hal yang ganjil dalam penulisan kata BUSWAY. Di satu tempat, Anda mungkin akan menemukan kata Busway yang tertulis terpisah (BUS WAY). Tapi, di tempat lain Anda juga akan menemukan kata tersebut ditulis menyatu (BUSWAY). Manakah yang benar di antara dua pilihan tersebut? Ya, dikatakan pilihan karena operator menggunakan dua-duanya.

Tampaknya operator pembuat papan informasi ini kurang jeli menuliskan satu kata tersebut. Ini memang perkara kecil, tapi karena ini pasti akan dibaca banyak warga, yang tentu di dalamnya banyak kalangan yang paham penggunaan bahasa yang baik dan benar, hal ini seharusnya tidak ada terjadi. Terlepas ditulis secara terpisah ataupun digabungkan, seharusnya operator menulisnya dengan konsisten. Jika mau ditulis terpisah, semua

nya harus terpisah. Jangan sampai di satu tempat ditulis terpisah,

namun di tempat lain ditulis digabungkan, seperti yang terjadi saat ini. Hal ini tentu membuat warga bingung menentukan mana kata yang benar dan seharusnya digunakan.

Adanya perbedaaan dalam penulisan ini (bisa jadi) menandakan operator pembuat informasi pada fasilitas umum tersebut tidak jeli dan kurang mengerti dalam penulisan sebuah kata/frasa dalam sebuah bahasa. Apakah mereka memang tidak mengerti bahasa Inggris sehingga penulisan kata BUSWAY saja berbeda-beda?

Hanya Tuhan yang tahu....

10 Jan 2008

Pasca-Perayaan Tahun Baru di Jakarta Semrawut

Meskipun diguyur hujan lebat, tak menyurutkan minat warga Jakarta untuk merayakan pergantian tahun yang dipusatkan di wilayah Monas. Warga tetap antusias untuk menyaksikan acara pesta kembang api dan penampilan grup band papan atas yang diselenggarkan oleh salah satu produsen rokok di Indonesia ini. Berkaitan dengan pelaksanaan acara ini, Pemerintah DKI beserta jajaran Polda Metro Jaya mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mengantisipasi kemacetan dan konsentasi massa. Salah satunya dengan menutup jalur protokol sekitar Monas untuk kendaraan bermotor sehingga warga harus berjalan kaki untuk menuju kawasan Monas. Fasilitas Busway pun hanya beroperasi sampai pukul 20.00 untuk mengantisipasi kemacetan yang mungkin terjadi.

Kebijakan-kebijakan tersebut memang wajar karena bisa mengurangi penumpukan kendaraan di bilangan Monas yang memang selalu macet setiap perayaan tahun baru dan hari besar lainnya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, apalagi ketika acara usai. Kemacetan karena konsentasi massa dan banyaknya kendaraan di jalur-jalur lain menuju Monas menyebabkan kemacatan di berbagai titik. Karena macetnya jalanan, banyak warga yang kecewa karena tidak bisa mencapai kawasan Monas dan terjebak di antara puluhan ribu pejalan kaki dan kendaraan, sehingga mereka hanya bisa merayakan detik-detik tahun baru di atas kendaraan masing-masing. Hujan lebat yang mengguyur malam itu menambah kesemrawutan jalan-jalan di Jakarta.

Berdasarkan pemantauan, kemacetan luar biasa terjadi di perempatan Senen dan Kwitang menuju Tugu Tani. Di lokasi ini banyak kendaraan terjebak karena banyaknya warga yang akan menuju kawasan Monas. Kamecatan tambah semrawut ketika acara usai. Kendaraan dari arah Senen yang terjebak kemacetan harus berjibaku dengan puluhan ribu warga yang selap-selip di tengah kemacetan untuk mencari jalan pulang menuju rumah masing-masing. Warga yang membawa kendaraan terpaksa harus sabar melihat fenomena ini. Cat mobil jadi baret-baret pun harus dimaklumi karena mobil terkepung di antara kerumunan orang yang hendak keluar dari kawasan monas. Jangankan untuk meneruskan perjalanan, kondisi saat itu tak memungkinkan pengendara memutar arah untuk bisa keluar dari kemacetan, karena kemacetan luar biasa terjadi pula di arah sebaliknya.

Untuk mencapai perempatan Senen dari arah Tugu Tani atau Kwitang, membutuhkan waktu sekitar dua jam. Yang lebih memprihatinkan, di tengah guyuran hujan, banyak para orangtua membawa serta anaknya yang masih bayi sehingga harus ikut berbasah-basahan. Niat awal mungkin ingin menyenangkan sang anak dengan menyaksikan pesta kembang api. Tapi, kenyataannya malah menyiksa dan menyengsarakan anak. Sebuah keputusan yang tidak bijak membawa anak apalagi bayi ke acara semacam ini.

Karena kesemrawutan ini, imbasnya taman kota menuju Senen menjadi korban. Taman yang selama ini selalu dirawat harus rusak karena terpaksa dinjak-injak pejalan kaki yang mencari jalan agar bisa keluar dari kawasan monas. Tak tampak petugas kepolisian mengatur lalu lintas untuk mengurusi kesemrawutan malam itu. Petugas yang sudah dikerahkan tampaknya kewalahan mengatur kemacetan ini. Namun, polisi hanya tampak mengatur lalu lintas di perempatan Senen. Untuk di kawasan Monas dan Tugu Tani, tak tampak satu pun polisi mengatur dan menertibkan kendaraan dan pejalan kaki.

Untuk tahun-tahun ke depan, hal ini mungkin bisa menjadi pertimbangan warga agar tak keluar ketika perayaan tahun baru, apalagi ke kawasan monas yang memang selalu menjadi pusat konsentrasi massa setiap kali perayaan tahun baru::