16 Mei 2008

Touring Hujan-Hujanan: Ciamis (Part I of III)

Sambil menyelam minum air. Itu kata pepatah. Tapi, entahlah itu sesuai dengan perjalanan kali ini atau tidak. Jalan-jalan kali ini memang tidak pernah direncanakan sebelumnya, namun karena kebetulan ada acara kumpul-kumpul teman lama di Kota Ciamis. Yah, daripada naik mobil, mending naik motor buat nambah pengalaman. Bermodal nekad dan kondisi motor yang sedang sehat, perjalanan ini terlaksana juga meskipun saat itu sedang musim hujan. Kondisi alam yang tak menentu tidak menyurutkan nyali untuk tetap berangkat, karena memang saya sudah terbiasa melakukan perjalanan dengan sepeda motor. Ya, mau gimana lagi, sampai saat ini baru bisa kebeli motor saja. Jadi kemana-mana ya pakai motor! hehehe…

Touring kali ini saya ditemani salah seorang teman yang kebetulan baru saja membeli motor sejenis dengan tunggangan selama ini. Katanya sih lagi pengen ngejajal macan besinya. Ini merupakan kali kedua saya melewati jalur selatan Jawa Barat, setelah sebelumnya ke Tasikmalaya dengan rekan-rekan dari HTML Jaktim dalam rangka menghadiri resepsi pernikahan salah satu member HTML JT.

Perjalanan tidak di-start dari Jakarta, tapi dari rumah orang tua di Bogor. Hari itu, berangkat dari rumah sekitar pukul 06.00 karena janjian di Pemda Cibinong. Sengaja janjian di sana karena saya harus mengambil plat nomor baru, setelah sebulan sebelumnya menyelesaikan perpanjangan STNK di Samsat Bogor.

Tepat pukul 09.00 perjalanan ke Ciamis dimulai, dengan rute Jalan Raya Jonggol – Bandung – Ciamis. Namun, setelah jalan beberapa kilo meter, kelistrikan si macan besi bermasalah karena starter dan klakson tidak berfungsi. Hmm…ada-ada saja, padahal perjalanan baru saja akan dimulai. Ternyata aki motor sudah minta diganti karena mulai soak. Karena perjalanan masih jauh, mau mau tidak mau harus ganti aki dulu. Bisa dibayangkan betapa tersiksanya perjalananan ini seandainya klakson dan starter tidak berfungsi.

Perjalanan kembali dilanjutkan setelah sebelumnya mengisi bensin full tank. Jalanan tampak tak begitu ramai karena belum saatnya karyawan pabrik sepanjang Cibinong-Cilengsi istirahat. Memanfaatkan sepinya jalanan, motor dapat dibesut dengan kecepatan rata-rata 80-110 kpj. Jalur Jonggol pun dilalui dengan lumayan lancar meskipun sedikit terganggu dengan lubang-lubang yang menganga di tengah jalan. Inilah enaknya perjalanan hanya berdua. Serasa jalanan milik sendiri sehingga kecepatan pun tinggal menyesuaikan tergantung kebutuhan

View pemandangan yang menakjubkan dan jalanan yang berkelok-kelok menemani perjalanan etape ini. Hamparan pesawahan, hutan, bukit, dan jurang yang luar biasa ditambah udara yang sangat segar membuat siang hari yang terik itu tidak terasa panas. Sebelum keluar jalur Jonggol, tampak dari belakang serombongan motor Tiger. Hmm…ada teman di perjalanan, nih. Sempat nguntit dari belakang tanpa diketahui sweeper-nya, dan melihat stiker di spakbornya, ternyata rombongan itu dari Gartic, klub Tiger yang bermarkas di daerah Cijantung. Sambil jalan dengan kecepatan rendah, saya hampiri sweeper-nya dan menanyakan daerah yang akan dituju. Ternyata, rombongan tersebut dalam perjalanan menuju Garut. Wah, sebuah kebetulan, karena saya juga akan searah dengan mereka. Tanpa pikir panjang, saya pun minta izin untuk bergabung dalam rombongan mereka.

Ciranjang-Padalarang-Bandung dilahap dengan mulus dan relatif cepat. Namun, memasuki Cimahi, rombongan sempat berhenti karena pimpinan rombongannya tidak hafal betul jalan-jalan di Kota Cimahi hingga keluar Bandung. Entah mengapa, saat itu saya ditunjuk untuk menjadi SO. Ya sudah…akhirnya saya berhasil membawa rombongan keluar Cimahi. Terlena menikmati posisi SO, saya hampir lupa kalau saya harus mengunjungi salah satu temen dulu di sana. Rombongan saya hentikan dan menyerahkan “tampuk pimpinan” kembali kepada pimpinan rombongan mereka. Mereka melanjutkan perjalanan, sementara saya berhenti sejenak di Sukarno Hatta untuk mengontak teman akan dikunjungi. Saat itu pukul 10.45. Kaget bukan kepalang ketika melihat jam di tangan. Apakah jam tangan yang ngaco, atau perjalanan memang dilalui dengan begitu cepat. Berarti perjalanan dari Cibinong sampe Bandung tidak sampai 2 jam, tepatnya 1 jam 45 menit. Hmm…rekor baru buat saya….

Si macan besi segera diarahkan ke arah Cijerah setelah sebelumnya mendapat petunjuk jalan dari tuan rumah. Setelah puas melepas kangen, tepat pukul 15.00 WIB, perjalanan kembali dilanjutkan karena tak mau kemalaman sampai Ciamis. Jiwa petualang muncul saat itu. Mumpung ada di Bandung, saya ingin mencoba jalan lain menuju jalan utama Sukarno Hatta meskipun langit sudah tampak mendung. Dasar emang sok tahu, yang ada malah kesasar. Di tengah kebingungan, seorang pengendara GL Pro menyapa dan menghampiri. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, ternyata dia merupakan salah satu anggota klub tiger di bandung (TAB) yang kebetulan saat itu tidak sedang menggunakan Tiger-nya. Dia mengira saya akan ke Tasik untuk menghadiri anniversary TTFC. Karena, paginya dia bersama rekan-rekan TAB lainnya mengantar teman-teman dari Bengkulu yang akan ke Tasik. Setelah mengutarakan kalau saya tersesat, dengan senang hati dia bersedia mengantar sampai Jalan Sukarno Hatta. Anyway, terima kasih atas bantuannya, Bro!

Memasuki Sukarno Hatta, hujan turun dengan lebatnya. Tapi, perjalanan tetap dilanjutkan karena memang “peralatan tempur” sudah terpasang sejak berangkat dari Cijerah. Penderitaan pun tambah komplet dengan macetnya jalan, apalagi jalanan menuju Cileunyi. Pukul 17.00 WIB, kami sudah sampai tol Cileunyi, sementara hujan masih turun dengan derasnya. Kemacetan terjadi lagi di Rancaekek hingga Nagreg. Hmm..sungguh perjalanan yang melelahkan.

Setelah melibas kemacetan di tengah guyuran hujan, perut pun mulai keroncongan lagi. Selepas Nagreg, Kompleks Mesjid Al Mahdiyin menjadi sasaran untuk melepas lelah dan mengisi perut sambil sholat Maghrib. Melihat hujan sudah agak reda, perjalanan dilanjutkan menuju Ciamis dengan tak lupa memeriksa kondisi motor, termasuk memeriksa tekanan ban, karena jalanan pasti akan basah atau bahkan diguyur hujan lagi. Benar saja, motor tidak bisa dipacu dengan kecepatan tinggi di jalur ini karena kondisi jalanan yang relatif basah, gelap, licin, banyak belokan berliku, dan berhadapan dengan bus malam, sehingga harus ekstrahati-hati menunggangi si macan besi untuk menghindari hal-hal yang tak terduga. Hujan pun kembali menemani perjalanan malam itu. Pelan tapi pasti, Malangbong berhasil dilalui hingga memasuki Kab. Tasikmalaya.

Bersambung….





Tidak ada komentar: