31 Okt 2007

Petugas Pendaftaran di Samsat = Calo

Selama lima tahun ini, saya memiliki motor Tiger lansiran 2002 yang berplat F (Bogor). 10 Oktober 2007 merupakan tanggal terakhir masa berlakunya STNK motor saya. Karena kesibukan bekerja di Jakarta dan panjangnya libur lebaran, saya baru bisa mengurusnya pada Senin (27/10). Dengan mengambil waktu kerja dan terpaksa membolos, hari itu saya segeramengurus perpanjangan STNK di Kantor Samsat Kab Bogor di Cibinong.

Di usia motor yang kelima, ini baru kali pertama saya mengurus perpanjangan STNK sendiri. Untuk membayar pajak tahunan, biasanya saya memercayakan kepada teman untuk mengurusi pembayarannya. Namun, karena ingin tahun bagaimana rasanya mengurusi STNK sendiri, saya memutuskan untuk mengurus sendiri ke Kantor Samsat.


Sebelum memberanikan diri mengurus sendiri, saya mencari referensi tentang cara-cara pengurusan perpanjangan STNK, baik dari teman-temannya di kantor maupun dari milis otomotif saya ikutinya. Berbekal informasi itu, akhirnya saya memberanikan diri mengurusnya sendiri.


Setiba di loket pendaftaran, saya langsung disambut petugas pendaftaran. Hal ganjil pertama terjadi di sini. Ketika tahu bahwa saya akan mengurus perpanjangan STNK, si petugas yang bernama Deni dan berseragam polisi ini langsung mengambil kertas dan mengira-ngira biaya yang harus saya keluarkan sampai STNK baru jadi tanpa ada patokan harga yang sudah ditetapkan. Total saat itu, menurut perkiraannya, saya harus mengeluarkan Rp490.000. Sungguh angka yang fantantis untuk ukuran biaya perpanjangan STNK sepeda motor. Lantas, petugas itu merinci untuk apa saja uang sebesar itu. Katanya, jumlah itu sudah termasuk biaya pengesahan Rp30.000, mencari berkas Rp25.000, plat nomor Rp30.000, cek fisik Rp30.000, denda, pajak tahunan, dll. Namun, jumlah itu belum termasuk pembayaran formulir gesek mesin Rp20.000. Saya sempat surprise dengan angka sebesar itu. Sebab, berdasarkan informasi yang saya terima, biaya yang akan dikeluarkan untuk perpanjangan STNK tidak akan lebih dari Rp400 ribu, termasuk denda. Saya sempat berpikir, apakah petugas ini calo atau bukan. Tapi, saya sempat yakin bahwa petugas tersebut bukan calo karena memakai seragam dan bertugas resmi di loket pendaftaran. Namun, kayakinan saya sempat goyah karena saya sempat mendengar bisik-bisik seorang yang mengurus pajak sedang negosiasi dengan petugas lain di loket pendaftaran itu agar biaya pajak tahunannya dikurangi. Saya pun mengacuhkan bisik-bisik itu, yang penting saya mengurusnya dengan resmi kepada petugas yang ada. Selama menunggu, saya memperhatikan sekeliling kantor Samsat. Prosedur yang diberi tahu teman-teman tidak terjadi di kantor Samsat Kab Bogor ini. Biasanya, orang yang berurusan dengan kantor Samsat, mulai mengurusi pajak kendaraan bermotor, perpanjangan STNK, mutasi, dll, akan memasuki beberapa loket mulai dari pendaftaran dan berakhir di loket pembayaran. Tapi, itu semua tidak terlihat di sana. Yang saya perhatikan, pengurusan segala sesuatu sampai selesai, di-handle oleh satu orang yang bertugas di loket pembayaran itu, bahkan pembayarannya pun di lakukan di loket pendaftaran kepada si petugas yang ada. “Konsumen” tinggal duduk, menunggu dipanggil si petugas, menyelesaikan pembayaran, dan menerima STNK.


Ya, ini namanya calo, tapi calo yang menggunakan seragam petugas polisi dan kantor Samsat. Akhirnya, saya sadar bahwa saya sedang berurusan dengan calo. Nasi sudah menjadi bubur. Karena memang sudah tidak ada pilihan, lewat mereka atau tidak sama sekali. Yang saya perhatikan, sebenarnya bukan hanya saya yang menjadi korban, tapi hampir semua yang datang ke Kantor Samsat untuk mengurusi berbagai keperluannya yang berkaitan dengan Samsat.


Memang dasar calo, prosesnya pun tidak memakan waktu yang lama. Kurang dari satu jam, STNK baru sudah saya pegang. Namun, karena membawa uang pas-pasan, saya pergi dulu ke ATM untuk mengambil uang. Sebelum ke ATM, saya sempat menanyakan apakah prosesnya masih lama atau tidak. Dan, si petugas menanyakan apakah saya akan menitipkan uang pembayaran kepadanya atau tidak. Awalnya, saya percaya saja dengan hitung-hitungan yang Rp490.000 itu, sehingga saya menitipkan Rp400.000 kepadanya. Setelah dari ATM, STNK ternyata sudah tercetak. Saya lihat rincian pembayaran yang ada di STNK baru itu, ternyata total semuanya hanya tercantum Rp354.000, itu semua sudah termasuk pajak tahunan, biaya administrasi, plat nomor, dan denda. Lantas, mengapa sebelumnya hitung-hitungan sampai Rp490.000? “De, jumlah di STNK ini sudah saya kecil-kecilkan, loh,” kata petugas itu sambil merujuk rincian pembayaran yang ada di STNK baru. Tapi, saya acuhkan perkataaan itu. Yang saya tahu, saya hanya harus membayar sejumlah uang yang tertera dalam STNK. Karena sudah kepalang menitipkan uang Rp400.000, sementara uang harus dibayar Rp354.000, saya akhirnya meminta kembalian kepada si petugas itu. Namun, dia malah membentak. “Si Ade ini gimana sih, hitung-hitungan tadi’kan hanya untuk orang dalam, belum buat saya, “ katanya dengan nada sedikit tinggi. Dari situ, saya yakin 100% bahwa si petugas pendaftaran ini merangkap sebagai calo. Terjadi sedikit percekcokan antara saya dan si petugas. Karena malas berdebat, akhirnya saya mengalah. Si petugas tetap meminta agar saya memenuhi angka yang Rp490.000 itu. Saya pun mengeluarkan Rp50.000 lagi sehingga total mengeluarkan Rp450.000. Jumlah itu lebih dari cukup, gumam saya. Namun, petugas itu kembali mempertegas bahwa hitung-hitungan tadi hanya untuk orang dalam dan tetap meminta saya memenuhi perhitungan awal.


Karena malas berdebat panjang lebar, akhirnya saya mengeluarkan Rp50.000 lagi dari dompet. Total yang sudah dikeluarkan Rp500.000. Jumlah itu seharusnya tetap ada kembalian Rp10.000, tapi saya merelakan untuk si petugas itu. Apa yang terjadi selanjutnya? Si petugas berseragam polisi itu malah minta ongkos lebih. “Kok, cuma Rp10.000 doang!” Saya pun menambahkan lagi Rp10.000 meskipun saya tidak ikhlas sama sekali. Wajar ini terjadi seandainya saya berurusan dengan calo yang benar, karena orang yang saya hadapi ini adalah petugas pendaftaran resmi. Ini tidak seharusnya terjadi.


Berdasarkan pengalaman ini, saya mengimbau kepada siapa pun untuk tetap berhati-hati dalam pengurusan segala surat-surat kendaraan bermotor di Kantor Samsat. Sebab, petugas resmi pun sudah berani terang-terangan merangkap sebagai calo untuk kepentingan pribadi. Waspadalah!

24 Okt 2007

Ppppttthh…Senin Pagi yang Nggak Lucky

Senin pagi (22/10) di kala kaum pekerja Jakarta memulai aktivitas setelah sekian lama mudik/libur Lebaran, aku mengalami hal yang tidak begitu mengenakkan dengan motor Tigerku. Di saat kebetulan aku telat bangun, lutut sebelah kanan sakit, dan di tengah ketergesa-gesaan menuju kantor, tiba-tiba motorku kehilangan kompresi. Keluar di perempatan Haji Ten, aku sudah merasakan ada indikasi motor ngeberebet, ngempos, sehingga mesin mati mendadak. Sesaat aku sempat memberhentikan motor dan mengecek apa yang terjadi. Karena awam mengenai mesin motor, yang aku bisa lakukan hanya kembali menyalakan dengan mengengkol motor karena kebetulan starter elektriknya mati. Setelah sekian lama mengengkol di tengah lutut kananku yang sakit, akhirnya motor bisa menyala lagi. Karena belum begitu jauh dari kosan, aku sempat berpikir untuk tidak gambling bisa sampai ke kantor dengan kembali ke kosan dan menyimpan motor di sana. Tapi, kondisi saat itu tidak memungkinkan untuk naik kendaraan umum karena pasti datang lebih telat masuk kantor, sehingga aku urung mengembalikan motor ke kosan dan melanjutkan perjalanan sambil berdoa supaya bisa sampai kantor dengan lancar. Namun, setelah pintu kereta Pramuka, mesin motor kembali mati. Aku pinggirkan motorku di depan Pasar Pramuka. Aku coba nyalakan motor.. Sungguh tersiksanya aku. Motor tetap tidak bisa nyala. Di tengah kondisi lutut yang sakit, aku menyerah kepada keadaan.

Aku sempat berpikir untuk meminta bantuan rekan-rekan satu komunitasku. Tapi, tebersit keinginan untuk tidak merepotkan mereka di hari pertama kerja setelah lebaran ini. Aku khawatir mereka sedang menghadapi pekerjaan yang menumpuk setelah sekian lama ditinggal libur Lebaran. Namun, keadaaan emergency-lah yang membuat aku memberanikan diri menghubungi teman-temanku. Aku sedang tidak beruntung, ternyata benar teman-teman yang aku hubungi sibuk dan nada mailbox terdengar dari mana-mana. Setelah bingung tidak ada yang bisa dihubungi, aku berpikir untuk meminta bantuan mekanik bengkel langgananku, Mas Wagimin. Namun, sayang di phonebook HP, aku lupa meyimpan nomornya, mungkin karena aku sudah memiliki kartu namanya. Aku coba cari kartu namanya di dompet, tapi ternyata sudah raib entah ke mana. Aku coba menghubungi Iwan, salah satu temanku di HTML. Aku berhasil menghubunginya tapi tidak mengatakan bahwa motorku sedang mogok di jalan karena takut dia menawarkan bantuan kepadaku di tengah kesibukan kerjanya. Aku hanya mengatakan bahwa aku memerlukan nomor telepon Mas Wagimin, namun dia tidak menyimpan nomornya di HP yang dipegang sekarang. Aku mulai lemas dan cemas. Tapi, dia memberiku nomor Bombie, salah satu langganan bengkel Mas Wagimin juga. Aku segera menghubunginya dan aku dapat nomor telepon Mas Wagimin darinya.

Secercah harapanpun mulai muncul. Aku menelepon Mas wagimin dan ternyata langsung direspons. Saat itu, dia masih di rumahnya dan akan berangkat menuju bengkel. Aku jelaskan kondisi motorku. Setelah memberi tahu lokasi motorku mogok, tanpa basa-basi dia memintaku menunggu. Sambil menunggu, aku coba-coba lagi menyalakan motor dan memindahkan jok yang sudah aku buka ke tempat yang bisa terlihat orang untuk menandakan bahwa motorku sedang bermasalah, sambil berharap jika ada teman-teman komunitasku ada yang lewat, bisa melihat kondisi motorku dan setidaknya bisa membantuku. Dari ratusan motor yang aku perhatikan, tidak ada satu pun yang aku kenal. Mungkin teman-temanku sudah di kantornya masing-masing, pikirku. Aku sempat melihat ada satu-dua yang lewat, namun mungkin karena tengah dikejar waktu, mereka tidak sempat berhenti. Aku menunggu Mas Wagimin cukup lama. Aku berinisiatif untuk mengirim beliau SMS karena khawatir salah informasi mengenai lokasi motorku mogok. Di saat aku mengetik SMS, tiba-tiba ada yang menyolekku dari belakang. Ternyata Mas Wagimin. Aku sempat kaget tapi akhirnya senang dia datang juga. Mas Wagimin segera mengecek kondisi motorku yang ternyata tetap tidak bisa nyala. Dia segera menngeluarkan kunci busi dan membukanya. Segera dia memasukkan cairan khusus ke lobang busi. Motor nyala lagi, tapi sebentar mati lagi. Tidak tahu apa yang dia lakukan selanjutnya, motor kembali nyala. Dia coba tes jalan dan tidak ada masalah lagi. Motorpun divonis kembali normal.

Sebagai ucapan terima kasih, segera aku membuka dompet untuk memberinya ongkos. Tapi sial lagi, tidak ada uang lebih di dompetku karena aku belum sempat ke ATM. Sebenarnya lebih dari cukup untuk membayar, tapi aku berniat membayar lebih atas jasa dan kebaikannya ini. Tapi, apa yang terjadi? Ketika aku menyodorkan uang, refleks dia menolak mentah-mentah pemberianku. Aku kaget, maksudku ini uang jasa dan mengganti bensin. Dia tetap tidak mau menerima meskipun aku paksa. Dia hanya mengatakan, “Saya ikhlas kok, Mas. Ini sudah kewajibanya saya”. Hah, kewajiban? Apakah selama ini dia ada yang menggajinya? Tidak. Aku memang menjadi langganannya, tapi aku tidak mau kalau sampai gratis seperti ini. Aku merasa tidak enak karena dia tidak mau menerima uangku. Aku bingung bagaimana menyampaikan rasa terima kasihku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi memaksanya untuk menerima uang dariku. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya dan memohon maaf telah merepotkannya. Sebelum berangkat, beliau menyarankan agar aku segera mengganti busi dan kepala busi karena sudah saatnya diganti.

Setelah motor nyala kembali, aku segera meluncur ke kantorku di kawasan Kuningan. Namun, setelah melewati Masjid Matraman, motorku kembali ngadat. Aku berhenti dan melakukan apa yang aku bisa. Tidak mungkin rasanya menelepon kembali Mas Wagimin dan meminta bantuannya kembali, sementara dia juga memang sudah kembali ke bengkelnya. Alhamdulillah, motorku bisa nyala lagi. Namun, melewati Pasaraya Manggarai, motor kembali merengek. Aduuh…kapan aku bisa sampai ke kantor kalau begini terus, pikirku saat itu. Dengan penuh perjuangan, akhirnya motor bisa nyala kembali. Aku merasakan sakit yang luar biasa di lututku karena aku tetap harus mengengkol motorku. Motor aku bawa jalan perlahan, namun motor kembali ngambek di putaran menuju Kuningan. Saat itu aku sempat merasa stres, padahal lokasi kantorku sudah dekat. Aku berusaha sendiri lagi. Syukur motor nyala kembali dan aku membawa pelan-pelan motorku. Sayang, di depan gerbang kantorku, motor kembali ngadat padahal tinggal beberapa puluh meter munuju parkiran motor. Huh, sialnya nasibku. Aku tidak mau mendorong motorku dan tidak mau menelepon teman-teman di kantor karena takut mengganggu pekerjaannya. Kondisi jalan menuju parkiran cukup menanjak, jadi aku tetap tidak mau mendorongnya. Aku coba lagi, dan ternyata nyala kembali. Tepat pukul 10.00 aku baru sampai kantor. Untung aku sudah menginformasikan atasanku bahwa aku datang telat karena motor mogok di jalan.

Secara khusus, aku ucapkan banyak terima kasih kepada Mas Wagimin, mekanik sekaligus pemilik bengkel Mandiri Motor, Jalan Layur, Rawamangun, Jaktim, atas kebaikaannya datang dan memperbaiki motorku di jalan. Maaf juga telah merepotkan…Semoga amal baiknya diterima Allah SWT. Tak lupa juga aku ucapkan terima kasih kepada Iwan, yang sudah menelepon dan menanyakan bagaimana kondisi motor. Dan, terima kasih juga buat Bombie yang udah ngasih nomor telepon Mas Wagimin. Piss…


2 Okt 2007

Sahur on The Spot KOMMIK Sukses Digelar

Inilah kali pertama dalam sejarah di PT MIK. Sahur on the spot. Acara yang digagas rekan-rekan Komunitas Motor MIK (KOMMIK) ini berlangsung pada 29 September 2007, bertempat di Panti Asuhan Al-Hasanat, Mampang Prapatan, Jaksel. Sejak awal, panitia kecil yang dikomandani Ary Kurniawan ini sudah menyusun rencana. Berbekal dari obrolan ringan di warung makan, tercetuslah ide untuk mengadakan sahur bersama. Awalnya, konsep acara ini adalah sahur on the road, yakni membagi-bagikan makanan sahur kepada orang-orang yang yang ditemui di jalan. Namun, seiring waktu, konsep tersebut diubah menjadi sahur on the spot, karena dianggap lebih efektif dan mengenai sasaran.

Rapat kecil-kecilan pun diadakan. Entah itu di warung makan atau di kantor, bahkan via email atau chatting sekalipun. Berbekal niat mulia untuk berbagi dengan sesama, acara ini pun sukses digelar berkat dukungan dari semua pihak.

Jumat (29/9) sore, sebagian peserta SOS sudah berada di kantor MIK yang berlokasi di Taman Perkantoran Kuningan, karena memang saat itu bertepatan dengan pelaksanaan buka puasa bersama PT MIK Groups. Sebagian ada yang memutuskan mengikuti buka puasa di kantor dan dilanjutkan dengan SOS, tapi ada pula yang memilih buka puasa di rumahnya masing-masing dan kemudian mengikuti acara SOS ini.

Pukul 20.00 WIB, acara buka puasa bersama selesai dilaksanakan dan sebagian peserta memilih tetap berada di kantor sampai waktu pelaksanaan SOS tiba. Memang, manajemen PT MIK memberikan izin kepada panitia untuk menggunakan dan memanfaatkan fasilitas lantai 9 Graha MIK sebagai tempat persiapan SOS. Peserta SOS pun berkumpul di sana. Dan, di lantai 9 inilah, peserta menghabiskan waktu sambil menunggu keberangkatan menuju lokasi acara.
Sat per satu peserta yang memilih untuk pulang terlebih dahulu pun mulai berdatangan ke kantor. Umumnya, mereka datang dari rumah dengan sengaja membawa serta suami atau istri. “Gue ngajak istri karena ingin berbagi kebersamaan saja. Belakangan ini gue ngerasa urang ada waktu buat jalan-jalan bareng istri. Jadi, acara ini sekalian aja buat jalan-jalan,” ungkap Bimo, yang saat itu membonceng istrinya dengan motor Thunder yang baru dibelinya beberapa bulan lalu.

Namun, sangat disayangkan acara diskusi safety riding yang rencananya dilangsungkan malam itu batal dilaksanakan karena berbagai pertimbangan. “Diskusi ini terpaksa dibatalkan karena pada waktu yang telah ditentukan, peserta SOS belum terkumpul semuanya, “ ujar Ary Kurniawan, ketua pelaksana SOS. Acara pun digantikan dengan hanya sesi briefing keberangkatan. Dalam sesi ini, peserta diberikan gambaran mengenai lokasi kegiatan dan rencana keberangkatan menuju lokasi acara. Selain itu, peserta pun diberikan sedikit pengetahuan mengenai tata cara berkendara aman dalam rombongan.
Karena malam itu membeludak dengan motor masing-masing, peserta dibagi menjadi beberapa rombongan atau kelompok kecil keberangkatan, dengan tujuan agar memudahkan koordinasi selama perjalanan dan tidak mengganggu pengguna jalan lainnya. Satu kelompok ini terdiri atas 10 motor, termasuk pemimpin grup (SO) dan sweeper.

Tepat pukul 02.00 WIB, mengambil start dari lantai semi-basement Graha MIK, satu per satu kelompok dibarangkatkan. Petugas yang telah ditunjuk mulai menjalankan tugasnya. Keheningan malam di rute Kuningan-Mampang pun terpecah dengan deruman suara motor peserta SOS.

Tak sampai 30 menit, rombongan tiba di lokasi acara. Rombongan pun diarahkan untuk memarkir motor masing-masing di depan panti asuhan yang notabene memasuki gang kecil. Sementara itu, mobil-mobil yang membawa logistik SOS hanya bisa parkir di mulut gang.
Setelah memarkirkan kendaraan masing-masing, peserta SOS memasuki aula. Di sana telah mananti sekitar 55 anak yatim piatu yang akan diajak sahur bersama. Tampak raut ceria dan polos terpancar dari wajah mereka.

Inilah saatnya untuk berbagi. Dalam sambutannya, Ary Kurniawan selaku ketua panitia berharap kegiatan ini bukan yang terakhir dilaksanakan oleh MIK, dan khususnya KOMMIK. “Mudah-mudahan tahun depan kita bisa melaksanakan kegiatan seperti ini lagi, baik di tempat ini maupun di tempat lain yang sangat membutuhkan,” tutur Ary.
Acara ini disambut baik oleh pengelola panti asuhan. H.Firdaus selaku ketua yayasan mengucapkan banyak terima kasih karena telah berbagi dengan yatim piatu binaannya. Dalam sambutannya, bapak yang selama 10 tahun memimpin panti asuhan ini berharap semoga segala amal baik yang diberikan oleh karyawan dan pimpinan MIK dibalas oleh Allah SWT.
Diwakili oleh Head of Production MIK, Suluh Tripambudi Rahardjo, sumbangan dana yang terkumpul dari karyawan dan pimpinan PT MIK diserahkan kepada pengelola panti asuhan. Sementara itu, pakaian layak pakai diserahkan secara simbolis oleh ketua penyelenggara acara SOS, Eko Setiawan.

Tak terasa, saat itu jam menunjukkan pukul 03.15. Saatnya untuk makan sahur. Satu per satu nasi bungkus yang dibawa dari kantor, diserahkan kepada para yatim piatu dan peserta SOS. Tampak suasana kekeluargaan saat itu. Peserta SOS dan para yatim piatu berbaur dalam satu tempat untuk makan bersama. Sungguh nikmat makan sahur saat itu.

Tak lama setelah acara sahur bersama dan sedikit istirahat, gema adzan shubuh berkumandang. Namun, karena saat itu tidak memungkinkan untuk menunaikan ibadah sholat shubuh berjamaah di mushala, pelaksanaan sholat subuh ini dialihkan ke aula tempat pertemuan dan sahur tadi. Setelah sholat shubuh yang dipimpin oleh imam yang masih belia ini, acara dilanjutkan dengan doa bersama dan pembagian sumbangan kepada para yatim piatu. Memang, sumbangan yang diberikan kepada masing-masing anak ini jauh dari kata besar. Namun, sekecil apa pun yang kita berikan kepada orang yang membutuhkan, semoga menjadi pahala bagi kita semua…amin…

Suasana haru dan kesan mendalam begitu terasa saat harus berpamitan pulang. Satu per satu yatim piatu menyalami para peserta SOS. Sungguh momen yang tak akan terlupakan. Setelah berfoto bersama, para peserta SOS bergegas menuju kendaraannnya masing-masing karena saat itu menunjukkan hampir pukul 05.00. Kali ini peserta langsung menuju rumah masing-masing.

Semoga segala amal baik yang telah kita perbuat dibalas oleh Allah SWT. Amien…
Ayo…ditunggu partisipasi Anda dalam acara-acara KOMMIK lainnya. Next time…kita jalan-jalan ke Anyer, yuk!. (willy)

Ayam Unik: Berkaki 4 dan Beranus 2


Ada hewan langka di Kp Pasar Ahad, Desa Gunung Picung, Kec Pamijahan, Bogor. Seorang peternak ayam, Uus Yusuf Hermawan, memiliki ayam unik berkaki empat dan beranus dua. Usia ayam tersebut saat ini sekitar 1 bulan dengan berat kurang lebih 0.8 ons.Awalnya, Uus mengetahui ayam unik tersebut sejak pengiriman DOC satu bulan yang lalu. Mengetahui ada yang aneh dengan ayam ini, peternak lulusan S-1 Hukum ini segera memisahkan dari ayam-ayam lain dan memasukkannya ke tempat khusus yang lebih steril. Setelah diamati, selain memiliki kaki empat, ayam ini juga terjadi mempunyai dua anus.
Hingga kini, dengan seksama Uus merawat ayam ini. Ketika ditanya mengenai perawatannya, bapak dari tiga anak ini mengatakan bahwa dalam masalah perawatan, tidak ada beda dengan ayam-ayam lainnya. “Saya tetap memberikan makanan yang biasa dimakan ayam lain di peternakan ini,” katanya. Uus juga mengaku tidak memberikan perlakuan khusus untuk ayam unik ini selain memberi tempat yang nyaman dan bersih agar kesehatanya bisa terkontrol.
Uus mengaku sengaja tidak mengekspos adanya ayam langka ini kepada masyarakat umum, kecuali kolega dan keluarga dekat. “Ini adalah koleksi pribadi. Saya tidak perlu mengeksposnya kepada masyarakat. Biar mereka tahu sendiri,” tuturnya.
Uus sendiri sudah beternak ayam selama lebih dari 10 tahun. Dalam satu musim, pria berusia 35 tahun ini mengaku memanem sekitar 30.000 ekor ayam. Namun, dia mengaku baru kali ini menemukan ayam yang langka dan unik di kandangnya. “Ini baru kali pertama di daerah sini. Saya juga belum pernah dengar ada di daerah lain”, katanya.
Meski belum begitu diketahui khalayak umum, kata Uus, pernah beberapa kali kolega dan kelurga dekatnya menawar ayam langka ini. Tapi, sampai saat ini, Uus belum berani melepasnya karena belum menemukan harga yang pas. Namun, lanjutnya, jika ada kolektor yang berniat membayar ayam unik ini lebih tinggi, dia akan rela melepasnya. Saat ditanya berapa kisaran harga yang diminta, dia belum berani buka mulut. “Masalah harga, bisa dibicarakan kemudian. Ya, harga nego, lah,” pungkasnya.Ada yang berminat? (willy)

HTML Jaktim Berbagi Ta’jil dengan Sesama Pengguna Jalan Raya

Banyak cara yang bisa dilakukan untuk menambah pahala di bulan Ramadhan. Salah satunya dengan memberi makanan untuk berbuka bagi orang yang melaksanakan ibadah puasa. Ya, pada momen yang penuh yang berkah ini, HTML Jakarta Timur mengadakan acara bagi-bagi ta’jil bagi pengguna jalan raya di perempatan Kalimalang, Jakarta Timur.
Acara yang berlangsung pada 26 September ini merupakan salah satu rangkaian dari Gebyar Aksi Ramadhan HTML Jaktim. Beberapa hari sebelumnya, telah dilaksanakan pula acara buka puasa, pembagian santunan untuk yatim piatu, plus sahur bersama di rumah salah satu member HTML Jaktim.
Said Brewox selaku PIC pembagian ta’jil ini mengatakan, kegiatan ini merupakan wujud solidaritas HTML, khususnya Jakarta Timur, terhadap orang-orang berpuasa yang ketika saatnya berbuka masih ada dalam perjalanan.
Lokasi pembagian ta’jil ini tidak jauh dari tempat kopdar HTML Jakarta Timur, yakni di perempatan Pangkalan Jati-Kalimalang. “Kami sengaja mengambil lokasi di sini karena dekat dengan tempat kopdar HTML Jaktim di McD Kalimalang”, ungkap Said.
Selain untuk memudahkan koordinasi, lanjut Said, pemilihan tempat ini juga supaya para member HTML Jaktim bisa langsung mengadakan kopi darat (kopdar) selepas pembagian ta’jil sehingga tidak banyak memakan waktu.
Dalam pembagian paket ta’jil ini, diselipkan juga pesan kampanye safety riding. “Semoga dengan pesan tersebut, pengendara sepeda motor khususnya, bisa memahami pentingnya arti safety riding”, kata Adi, sukarelawan HTML pembagi ta’jil yang sedang bertugas di jalan.
Selain HTML Jaktim, dalam acara ini ikut berpartisipasi pula perwakilan dari Denyut RC. Kedatangan klub tiger yang setiap malam minggu kopdar di bilangan Monas ini merupakan bentuk partisipasi Denyut RC dalam kegiatan sosial yang diadakan klub atau komunitas motor lain.
Makanan untuk ta’jil ini memang alakadarnya. Namun, karena banyaknya pengendara yang melintasi perempatan Pangkalan Jati saat itu, paket ta’jil yang disediakan panitia ludes dalam waktu singkat. “Jangan lihat dari banyak atau sedikitnya, yang penting niat kita untuk memberi,” tutur Ake, boncegers wanita yang ikut membagi-bagikan paket ta’jil.
Yups, bener tuh apa yang dikatakan sister yang satu ini! (willy/1207)