24 Okt 2007

Ppppttthh…Senin Pagi yang Nggak Lucky

Senin pagi (22/10) di kala kaum pekerja Jakarta memulai aktivitas setelah sekian lama mudik/libur Lebaran, aku mengalami hal yang tidak begitu mengenakkan dengan motor Tigerku. Di saat kebetulan aku telat bangun, lutut sebelah kanan sakit, dan di tengah ketergesa-gesaan menuju kantor, tiba-tiba motorku kehilangan kompresi. Keluar di perempatan Haji Ten, aku sudah merasakan ada indikasi motor ngeberebet, ngempos, sehingga mesin mati mendadak. Sesaat aku sempat memberhentikan motor dan mengecek apa yang terjadi. Karena awam mengenai mesin motor, yang aku bisa lakukan hanya kembali menyalakan dengan mengengkol motor karena kebetulan starter elektriknya mati. Setelah sekian lama mengengkol di tengah lutut kananku yang sakit, akhirnya motor bisa menyala lagi. Karena belum begitu jauh dari kosan, aku sempat berpikir untuk tidak gambling bisa sampai ke kantor dengan kembali ke kosan dan menyimpan motor di sana. Tapi, kondisi saat itu tidak memungkinkan untuk naik kendaraan umum karena pasti datang lebih telat masuk kantor, sehingga aku urung mengembalikan motor ke kosan dan melanjutkan perjalanan sambil berdoa supaya bisa sampai kantor dengan lancar. Namun, setelah pintu kereta Pramuka, mesin motor kembali mati. Aku pinggirkan motorku di depan Pasar Pramuka. Aku coba nyalakan motor.. Sungguh tersiksanya aku. Motor tetap tidak bisa nyala. Di tengah kondisi lutut yang sakit, aku menyerah kepada keadaan.

Aku sempat berpikir untuk meminta bantuan rekan-rekan satu komunitasku. Tapi, tebersit keinginan untuk tidak merepotkan mereka di hari pertama kerja setelah lebaran ini. Aku khawatir mereka sedang menghadapi pekerjaan yang menumpuk setelah sekian lama ditinggal libur Lebaran. Namun, keadaaan emergency-lah yang membuat aku memberanikan diri menghubungi teman-temanku. Aku sedang tidak beruntung, ternyata benar teman-teman yang aku hubungi sibuk dan nada mailbox terdengar dari mana-mana. Setelah bingung tidak ada yang bisa dihubungi, aku berpikir untuk meminta bantuan mekanik bengkel langgananku, Mas Wagimin. Namun, sayang di phonebook HP, aku lupa meyimpan nomornya, mungkin karena aku sudah memiliki kartu namanya. Aku coba cari kartu namanya di dompet, tapi ternyata sudah raib entah ke mana. Aku coba menghubungi Iwan, salah satu temanku di HTML. Aku berhasil menghubunginya tapi tidak mengatakan bahwa motorku sedang mogok di jalan karena takut dia menawarkan bantuan kepadaku di tengah kesibukan kerjanya. Aku hanya mengatakan bahwa aku memerlukan nomor telepon Mas Wagimin, namun dia tidak menyimpan nomornya di HP yang dipegang sekarang. Aku mulai lemas dan cemas. Tapi, dia memberiku nomor Bombie, salah satu langganan bengkel Mas Wagimin juga. Aku segera menghubunginya dan aku dapat nomor telepon Mas Wagimin darinya.

Secercah harapanpun mulai muncul. Aku menelepon Mas wagimin dan ternyata langsung direspons. Saat itu, dia masih di rumahnya dan akan berangkat menuju bengkel. Aku jelaskan kondisi motorku. Setelah memberi tahu lokasi motorku mogok, tanpa basa-basi dia memintaku menunggu. Sambil menunggu, aku coba-coba lagi menyalakan motor dan memindahkan jok yang sudah aku buka ke tempat yang bisa terlihat orang untuk menandakan bahwa motorku sedang bermasalah, sambil berharap jika ada teman-teman komunitasku ada yang lewat, bisa melihat kondisi motorku dan setidaknya bisa membantuku. Dari ratusan motor yang aku perhatikan, tidak ada satu pun yang aku kenal. Mungkin teman-temanku sudah di kantornya masing-masing, pikirku. Aku sempat melihat ada satu-dua yang lewat, namun mungkin karena tengah dikejar waktu, mereka tidak sempat berhenti. Aku menunggu Mas Wagimin cukup lama. Aku berinisiatif untuk mengirim beliau SMS karena khawatir salah informasi mengenai lokasi motorku mogok. Di saat aku mengetik SMS, tiba-tiba ada yang menyolekku dari belakang. Ternyata Mas Wagimin. Aku sempat kaget tapi akhirnya senang dia datang juga. Mas Wagimin segera mengecek kondisi motorku yang ternyata tetap tidak bisa nyala. Dia segera menngeluarkan kunci busi dan membukanya. Segera dia memasukkan cairan khusus ke lobang busi. Motor nyala lagi, tapi sebentar mati lagi. Tidak tahu apa yang dia lakukan selanjutnya, motor kembali nyala. Dia coba tes jalan dan tidak ada masalah lagi. Motorpun divonis kembali normal.

Sebagai ucapan terima kasih, segera aku membuka dompet untuk memberinya ongkos. Tapi sial lagi, tidak ada uang lebih di dompetku karena aku belum sempat ke ATM. Sebenarnya lebih dari cukup untuk membayar, tapi aku berniat membayar lebih atas jasa dan kebaikannya ini. Tapi, apa yang terjadi? Ketika aku menyodorkan uang, refleks dia menolak mentah-mentah pemberianku. Aku kaget, maksudku ini uang jasa dan mengganti bensin. Dia tetap tidak mau menerima meskipun aku paksa. Dia hanya mengatakan, “Saya ikhlas kok, Mas. Ini sudah kewajibanya saya”. Hah, kewajiban? Apakah selama ini dia ada yang menggajinya? Tidak. Aku memang menjadi langganannya, tapi aku tidak mau kalau sampai gratis seperti ini. Aku merasa tidak enak karena dia tidak mau menerima uangku. Aku bingung bagaimana menyampaikan rasa terima kasihku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa, apalagi memaksanya untuk menerima uang dariku. Aku hanya bisa mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya dan memohon maaf telah merepotkannya. Sebelum berangkat, beliau menyarankan agar aku segera mengganti busi dan kepala busi karena sudah saatnya diganti.

Setelah motor nyala kembali, aku segera meluncur ke kantorku di kawasan Kuningan. Namun, setelah melewati Masjid Matraman, motorku kembali ngadat. Aku berhenti dan melakukan apa yang aku bisa. Tidak mungkin rasanya menelepon kembali Mas Wagimin dan meminta bantuannya kembali, sementara dia juga memang sudah kembali ke bengkelnya. Alhamdulillah, motorku bisa nyala lagi. Namun, melewati Pasaraya Manggarai, motor kembali merengek. Aduuh…kapan aku bisa sampai ke kantor kalau begini terus, pikirku saat itu. Dengan penuh perjuangan, akhirnya motor bisa nyala kembali. Aku merasakan sakit yang luar biasa di lututku karena aku tetap harus mengengkol motorku. Motor aku bawa jalan perlahan, namun motor kembali ngambek di putaran menuju Kuningan. Saat itu aku sempat merasa stres, padahal lokasi kantorku sudah dekat. Aku berusaha sendiri lagi. Syukur motor nyala kembali dan aku membawa pelan-pelan motorku. Sayang, di depan gerbang kantorku, motor kembali ngadat padahal tinggal beberapa puluh meter munuju parkiran motor. Huh, sialnya nasibku. Aku tidak mau mendorong motorku dan tidak mau menelepon teman-teman di kantor karena takut mengganggu pekerjaannya. Kondisi jalan menuju parkiran cukup menanjak, jadi aku tetap tidak mau mendorongnya. Aku coba lagi, dan ternyata nyala kembali. Tepat pukul 10.00 aku baru sampai kantor. Untung aku sudah menginformasikan atasanku bahwa aku datang telat karena motor mogok di jalan.

Secara khusus, aku ucapkan banyak terima kasih kepada Mas Wagimin, mekanik sekaligus pemilik bengkel Mandiri Motor, Jalan Layur, Rawamangun, Jaktim, atas kebaikaannya datang dan memperbaiki motorku di jalan. Maaf juga telah merepotkan…Semoga amal baiknya diterima Allah SWT. Tak lupa juga aku ucapkan terima kasih kepada Iwan, yang sudah menelepon dan menanyakan bagaimana kondisi motor. Dan, terima kasih juga buat Bombie yang udah ngasih nomor telepon Mas Wagimin. Piss…


Tidak ada komentar: