16 Mei 2008

Touring Hujan-Hujanan: Ciamis (Part III-Tamat)

Sambungan dari cerita sebelumnya….

Langit tampak mendung saat itu. Seragam tempur alakadarnya segera dikenakan untuk menghindari hujan yang bisa datang dengan mendadak. Benar saja, keluar Kota Ciamis, hujan kembali turun dengan lebatnya. Kondisi hujan semakin tak terduga. Nyali pun mulai menciut. Bagaimana tidak, saking lebatnya, jarak pandang sangat terbatas. Selain itu, jas hujan yang tidak mumpuni membuat air hujan menembus membasahi pakaian yang dikenakan. Kepalang tanggung, perjalanan tetap dilanjutkan dengan menembus derasnya hujan dan jarak pandang yang terbatas.

Memasuki Ciawi, ternyata hujan masih setia menemani. Hmm…akhirnya hujan mulai mereda ketika si macan besi memasuki daerah Malangbong. Di sini saya sempat break sebentar sambil foto-foto dan menghabiskan beberapa batang rokok. Di saat itu, hati sedikit terhibur setelah melihat satu motor Tiger berstiker HTML melintas ke arah Tasikmalaya. Serasa dunia ini sangat sempit, di mana-mana ada HTML…

Sambil menunggu jalanan agak kering, saya isap lagi beberapa batang rokok sambil kembali mengecek kondisi motor. Setelah siap, perjalanan pun kembali dilanjutkan. Kali ini jalanan sudah benar-benar kering. Jalur Malangbong-Bandung pun dilibas dengan kecepatan sedang sambil mengadu nyali di tikungan-tikungan tajam. Nggak sayang saya mengeluarkan uang gede untuk membeli ban merek Bridgestone Battlax BT92 ukuran 150-70-17, karena keampuhannya benar-benar teruji di jalanan ini. Belokan-belokan dapat dilalui dengan mantap tanpa khawatir terpeleset.

Pukul 16.30 WIB, Kota Bandung sudah menyapa, yang disambut dengan kemacetan. Suasana hati tambah ruwet ketika hujan kembali turun dengan lebatnya. Keluar Sukarno Hatta, si macan besi segera diarahkan ke Cijerah untuk mengambil HP yang tertinggal itu. Tapi, sebelum tiba ke rumah, tampak rumah makan yang sangat menggoda untuk disinggahi. Kebetulan saat itu perut sudah keroncongan lagi. Saat itu makan dengan menu nasi timbel, sayur asem, lalapan, sambal, ayam goreng, dll. Mantap sekali makan saat itu, apalagi sambil ditemani hujan yang sudah mulai mereda. Urusan perut selesai, sekarang tinggal ngambil HP. Sesampainya di rumah, tuan rumah memaksa saya untuk menginap kembali di sana malam itu sambil mengeringkan pakaian basah. Dipikir benar juga, lagian besoknya masih hari libur dan masih ada kesempatan untuk istirahat di rumah. Untuk menghargai tuan rumah, akhirnya saya pun kembali menginap di sana. Malam harinya tidak ada acara apa-apa, hanya istirahat, maen PS, makan, dan tidur…mantafff….!!!

Jam 07.00 WIB esok harinya, si macan besi sudah siap untuk melanjutkan perjalanan. Motor kembali dicek segala sesuatunya untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan selama perjalanan. Setelah sarapan, jalanan Kota Bandung-Cimahi-Padalarang kembali ditapaki. Kemacetan tak tampak jalur ini. Langit pun tampak bersahabat. Keluar dari Padalarang, kondisi jalan yang menakjubkan menemani perjalanan etape ini. Jalanan mulus, turunan tajam, dan bukit-bukit di sepanjang jalan yang luar biasa ditambah udara yang masih sejuk, membuat perjalanan sangat begitu nikmat, sangat kontras dengan perjalanan menuju Ciamis. Namun, memasuki Rajamandala, saya sempat dikejutkan oleh teriakan warga yang mengingatkan untuk memelankan laju motor. Saya pun segera menurunkan kecepatan. Sungguh baik hati para warga saat itu, ternyata di tengah banyak oli berceceran. Dengan ekstrahati-hati, saya tunggangi si macan besi dengan sangat pelan khawatir tergelincir karena jalanan licin. (Meskipun pake batlax, tetap aja licin kalo ngelawan oli…). Ketika ceceran oli sudah tak tampak di jalanan, motor kembali digeber menikmati trek yang lurus dan mulus sampai Cianjur. Di Kota Cianjur, saya sempatkan mampir ke rumah teman yang istrinya baru melahirkan. Di sana tak lama, cukup satu jam. Perjalanan pun kembali dilanjutkan khawatir jalanan di Puncak keburu macet.

Saking menikmatinya turing kali ini (walau kadang menjengkelkan), saya sampai lupa membeli oleh-oleh yang dipesan orang tua di rumah. Alamaakk…rencananya mau beli oleh-oleh dari Ciamis, tapi sekarang sudah di Cianjur! Bagaimana ceritanya ini? Hmm…biarlah, yang penting ada oleh-oleh yang bisa dibawa buat orang tua. Langsung saya parkirkan si macan besi di salah satu sentra oleh-oleh Kota Cianjur. Wah…ternyata uang di dompet masih cukup buat memborong oleh-oleh. Segera box diisikan box Givi bermacam oleh-oleh, sampai-sampai barang-barang pribadi harus dikorbankan untuk diikat di jok belakang. Setelah tidak ada ruang lagi di box, perjalanan kembali dilanjutkan menuju arah Puncak.

Sempat senang di awal karena jalanan lancar-lancar saja, memasuki puncak, jalanan dilanda kemacetan. Maklum saat itu hari akhir libur panjang yang notabene orang-orang Jakarta kembali ke rumahnya setelah berwisata di Puncak. Jalur buka-tutup pun mulai diberlakukan dan hujan kembali turun dengan lebatnya. Untungnya semua buah tangan yang tadi dibeli di Cianjur masuk ke dalam box. Jika tidak, mungkin sudah basah kuyup…hehehe…

Memasuki Bogor, saya berpisah dengan teman yang setia menemani perjalanan ini. Dia langsung ke rumahnya di Depok, sementara saya langsung menuju rumah orang tua di bilangan Bogor Barat (nyingcet euy…). Sampai rumah, kedua orang tua yang selalu berharap anak kesayangannya ini pulang dengan selamat, sudah menanti di depan rumah. Segara saya salami keduanya dengan penuh cinta kasih. Selain bahagia saya pulang dengan selamat, kedua orang tua juga senang dengan oleh-oleh yang saya bawa. Dibilangnya sih oleh-oleh dari Ciamis, padahal dibeli di Cianjur. Sama aja, kan?…hehehe…..

Setelah istirahat semalaman, besok subuhnya saya kembali melanjutkan perjalanan ke Jakarta untuk kembali mencari rezeki dan sesuap nasi di sana…..

Tamat.





Touring Hujan-Hujanan: Ciamis (Part II of III)

Sambungan…

Di Rajapolah, kami sempat berhenti untuk istirahat sambil menghabiskan sebatang rokok dan sebotol minuman. Saat itu sempat bingung mau menginap di mana karena ditawari 2 tempat oleh 2 teman yang berbeda, yakni di Ciamis dan Tasik. Karena malam itu target perjalanan sampai Ciamis, maka diputuskan malam itu menginap di Ciamis saja, dan kemudian besoknya menginap di Tasik. Setelah otot dirasa sudah meregang, perjalanan dilanjutkan ke Ciamis.

Jalur lurus dan mulus munuju Ciamis dilahap dengan kecepatan tinggi, bahkan sesekali menggeber sampe 120 kpj. Saat itu serasa raja jalanan, karena lengangnya jalanan. Meskipun kebut-kebutan, tetapi tetap safety dan menggunakan perhitungan yang matang. Tepat pukul 20.30 WIB, Kota Ciamis menyambut kedatangan tamu dari Jakarta ini. Sasaran utama untuk dikunjungi di kota ini adalah alun-alun untuk sekedar break dan ngopi-ngopi di tengah dinginnya malam sambil menunggu penjemputan selanjutnya.

Setelah bertemu dengan teman dan selanjutnya mengobrol seru sekitar 1 jam, mata serasa sudah 5 watt. Acara nongkrong-nongkrong pun disudahi. Tujuan selanjutnya adalah rumah teman untuk istirahat sampai pagi menjelang, setelah seharian berjibaku dengan hujan lebat yang menemani sepanjang perjalanan.

Tidur semalaman membuat malas untuk beraktivitas pada pagi harinya. Inginnya terus bablas tidur sampai siang menjelang. Namun, saya tersadar saat itu, buat apa jalan jauh-jauh ke Ciamis kalo hanya untuk tidur di sini. Kalo mau tidur, mending di rumah saja..hehehe…. Pagi harinya, tuan rumah pun mengajak sarapan di alun-alun. Sambil cuci mata katanya! Wow…benar saja, alun-alun tampak riuh dengan mojang-mojang yang sedang jalan-jalan pagi. Ga rugi deh bangun pagi-pagi! Tapi karena tujuan utamanya cari sarapan, lihat-lihat cewek Ciamis cuma sampingan…hahaha…

Saat itu masih ada waktu sehari sebelum acara kumpul-kumpul dimulai. Sempat terpikir untuk melanjutkan perjalanan ke Pangandaran, tapi harus diurungkan karena kondisi fisik yang sempat drop. Muter-muter kota Ciamis dan Tasik sambil wisata kuliner menjadi alternatif.

Bosan di sana, Kota Tasik menjadi tujuan selanjutnya. Rumah teman di Tasik yang semalam menawarkan untuk diinapi menjadi sasaran kali ini. Saat itu motor terlihat sangat dekil karena belum sempat dicuci karena hujan semalaman. Dalam perjalanan ke Tasik, tak lupa sambil mencari tukang nyuci motor. Susah juga nyari cucian khusus motor, sampai akhirnya menemukan tempat pencucian mobil yang menerima motor juga. Tapi..hmm…sudah masuk tempat cuci, si macan besi tak kunjung dicuci karena pegawainya mendahulukan mobil. Gondok karena tak kunjung dicuci, akhirnya saya membatalkan ritual cuci-mencuci ini dengan alasan harus cepat-cepat melanjutkan perjalanan. Motor pun dibiarkan tetap dekil dan perjalanan dilanjutkan. Untuk kesekian kalinya, di perjalanan menuju Tasik ini saya berpapasan dengan beberapa klub Tiger menuju arah Jawa Tengah. Mungkin itu brother yang mau pulang ke arah timur setelah menghadiri acara ultah TTFC.

Saat itu langit sangat bersahabat, sehingga perjalanan pendek ini dilalui dengan santai sambil menikmati jalanan lurus nan mulus. Untuk mengabadikan perjalanan ini, beberpa kali sempat berhenti ketika menemukan view yang tepat untuk berfoto. Rumah yang dituju pun sudah di depan mata dan tuan rumah sudah tampak menunggu di depan rumah. Karena sudah lama tak berjumpa, mereka menyambut bak prajurit sepulang dari medan perang. Aneka makanan khas tasik pun dihidangkan….

Setelah puas melepas kekangenan sambil icip-icip makanan, saya intip si macan besi dari balik jendela. Hmm…kasihan juga melihat si macan besi dibiarkan kotor seharian. Tanya-tanya tuan rumah ternyata lokasi tukang cuci motor sangat jauh. Tidak ada jalan lain selain mencuci sendiri biar puas. Tuan rumah pun mengizinkan saya mencuci motor di halaman dan menyediakan keperluan untuk mencuci motor. Beberapa saat kemudian, motor tampak kembali cantik dan fresh.

Kini saatnya acara santai. Motor sudah dicuci, perut pun sudah kenyang. Menemani waktu untuk berleha-leha, tuan rumah segera menghidangkan kelapa muda yang langsung dipetik dari pohonnya. Hmm…tenaga kembali terkumpul. Sebuah kamar pun disediakan untuk istirahat. Tak lupa, tuan rumah juga menyediakan air hangat untuk mandi. Mantaaaffffff…….!!!! Petang harinya, tuan rumah mengajak keliling Kota Tasik sekalian makan malam plus wisata kuliner lainnya hingga malam hari. Kesempatan ini juga saya gunakan untuk menemui teman lain yang sudah lama tak dijumpa. Jadi deh saat itu acara reuni kecil-kecilan.

Esok paginyanya, setelah berpamitan kepada seluruh keluarga tuan rumah, saya kembali ke Ciamis untuk menghadiri acara kumpul-kumpul itu. Si macan besi tetap setia menemani perjalanan ini. Acara sudah dimulai ketika saya tiba di tempat tujuan. Kalo ini sih tidak perlu diceritain supaya ceritanya tetap fokus: Touring, Bro!

Singkat cerita, acara reuni sudah selesai pukul 14.00 WIB. Saya pun memutuskan untuk pulang hari itu juga karena harus mampir lagi ke rumah orang tua di Bogor. Teman-teman yang lain berencana tidak pulang cepat karena mereka akan berwisata ke Gunung Galunggung dan mengunjungi teman di Garut. Saya (masih setia berdua) akhirnya berpamitan dengan mereka dan meminta maaf karena tidak bisa ikut bergabung. Setelah siap berangkat, saya merasa ada yang kurang dalam bawaan di box. Setelah dicek, ternyata HP CDMA yang memang tidak diaktifkan karena berada di luar kota, tidak ada di tempat entah ke mana. Saya pun kelabakan, sampai-sampai semua bawaan di tas dan box diobrak-abrik.. Ternyata, eh ternyata, HP itu tertinggal di Bandung di rumah yang sebelumnya saya kunjungi sebelum ke Ciamis. Hmm…berarti kalo begitu, berarti sebelum ke Bogor, perjalanan harus dihentikan dulu untuk mampir ke Bandung hanya untuk sekadar mengambil HP yang tertinggal.

Bersambung lagi….




Touring Hujan-Hujanan: Ciamis (Part I of III)

Sambil menyelam minum air. Itu kata pepatah. Tapi, entahlah itu sesuai dengan perjalanan kali ini atau tidak. Jalan-jalan kali ini memang tidak pernah direncanakan sebelumnya, namun karena kebetulan ada acara kumpul-kumpul teman lama di Kota Ciamis. Yah, daripada naik mobil, mending naik motor buat nambah pengalaman. Bermodal nekad dan kondisi motor yang sedang sehat, perjalanan ini terlaksana juga meskipun saat itu sedang musim hujan. Kondisi alam yang tak menentu tidak menyurutkan nyali untuk tetap berangkat, karena memang saya sudah terbiasa melakukan perjalanan dengan sepeda motor. Ya, mau gimana lagi, sampai saat ini baru bisa kebeli motor saja. Jadi kemana-mana ya pakai motor! hehehe…

Touring kali ini saya ditemani salah seorang teman yang kebetulan baru saja membeli motor sejenis dengan tunggangan selama ini. Katanya sih lagi pengen ngejajal macan besinya. Ini merupakan kali kedua saya melewati jalur selatan Jawa Barat, setelah sebelumnya ke Tasikmalaya dengan rekan-rekan dari HTML Jaktim dalam rangka menghadiri resepsi pernikahan salah satu member HTML JT.

Perjalanan tidak di-start dari Jakarta, tapi dari rumah orang tua di Bogor. Hari itu, berangkat dari rumah sekitar pukul 06.00 karena janjian di Pemda Cibinong. Sengaja janjian di sana karena saya harus mengambil plat nomor baru, setelah sebulan sebelumnya menyelesaikan perpanjangan STNK di Samsat Bogor.

Tepat pukul 09.00 perjalanan ke Ciamis dimulai, dengan rute Jalan Raya Jonggol – Bandung – Ciamis. Namun, setelah jalan beberapa kilo meter, kelistrikan si macan besi bermasalah karena starter dan klakson tidak berfungsi. Hmm…ada-ada saja, padahal perjalanan baru saja akan dimulai. Ternyata aki motor sudah minta diganti karena mulai soak. Karena perjalanan masih jauh, mau mau tidak mau harus ganti aki dulu. Bisa dibayangkan betapa tersiksanya perjalananan ini seandainya klakson dan starter tidak berfungsi.

Perjalanan kembali dilanjutkan setelah sebelumnya mengisi bensin full tank. Jalanan tampak tak begitu ramai karena belum saatnya karyawan pabrik sepanjang Cibinong-Cilengsi istirahat. Memanfaatkan sepinya jalanan, motor dapat dibesut dengan kecepatan rata-rata 80-110 kpj. Jalur Jonggol pun dilalui dengan lumayan lancar meskipun sedikit terganggu dengan lubang-lubang yang menganga di tengah jalan. Inilah enaknya perjalanan hanya berdua. Serasa jalanan milik sendiri sehingga kecepatan pun tinggal menyesuaikan tergantung kebutuhan

View pemandangan yang menakjubkan dan jalanan yang berkelok-kelok menemani perjalanan etape ini. Hamparan pesawahan, hutan, bukit, dan jurang yang luar biasa ditambah udara yang sangat segar membuat siang hari yang terik itu tidak terasa panas. Sebelum keluar jalur Jonggol, tampak dari belakang serombongan motor Tiger. Hmm…ada teman di perjalanan, nih. Sempat nguntit dari belakang tanpa diketahui sweeper-nya, dan melihat stiker di spakbornya, ternyata rombongan itu dari Gartic, klub Tiger yang bermarkas di daerah Cijantung. Sambil jalan dengan kecepatan rendah, saya hampiri sweeper-nya dan menanyakan daerah yang akan dituju. Ternyata, rombongan tersebut dalam perjalanan menuju Garut. Wah, sebuah kebetulan, karena saya juga akan searah dengan mereka. Tanpa pikir panjang, saya pun minta izin untuk bergabung dalam rombongan mereka.

Ciranjang-Padalarang-Bandung dilahap dengan mulus dan relatif cepat. Namun, memasuki Cimahi, rombongan sempat berhenti karena pimpinan rombongannya tidak hafal betul jalan-jalan di Kota Cimahi hingga keluar Bandung. Entah mengapa, saat itu saya ditunjuk untuk menjadi SO. Ya sudah…akhirnya saya berhasil membawa rombongan keluar Cimahi. Terlena menikmati posisi SO, saya hampir lupa kalau saya harus mengunjungi salah satu temen dulu di sana. Rombongan saya hentikan dan menyerahkan “tampuk pimpinan” kembali kepada pimpinan rombongan mereka. Mereka melanjutkan perjalanan, sementara saya berhenti sejenak di Sukarno Hatta untuk mengontak teman akan dikunjungi. Saat itu pukul 10.45. Kaget bukan kepalang ketika melihat jam di tangan. Apakah jam tangan yang ngaco, atau perjalanan memang dilalui dengan begitu cepat. Berarti perjalanan dari Cibinong sampe Bandung tidak sampai 2 jam, tepatnya 1 jam 45 menit. Hmm…rekor baru buat saya….

Si macan besi segera diarahkan ke arah Cijerah setelah sebelumnya mendapat petunjuk jalan dari tuan rumah. Setelah puas melepas kangen, tepat pukul 15.00 WIB, perjalanan kembali dilanjutkan karena tak mau kemalaman sampai Ciamis. Jiwa petualang muncul saat itu. Mumpung ada di Bandung, saya ingin mencoba jalan lain menuju jalan utama Sukarno Hatta meskipun langit sudah tampak mendung. Dasar emang sok tahu, yang ada malah kesasar. Di tengah kebingungan, seorang pengendara GL Pro menyapa dan menghampiri. Setelah ngobrol-ngobrol sebentar, ternyata dia merupakan salah satu anggota klub tiger di bandung (TAB) yang kebetulan saat itu tidak sedang menggunakan Tiger-nya. Dia mengira saya akan ke Tasik untuk menghadiri anniversary TTFC. Karena, paginya dia bersama rekan-rekan TAB lainnya mengantar teman-teman dari Bengkulu yang akan ke Tasik. Setelah mengutarakan kalau saya tersesat, dengan senang hati dia bersedia mengantar sampai Jalan Sukarno Hatta. Anyway, terima kasih atas bantuannya, Bro!

Memasuki Sukarno Hatta, hujan turun dengan lebatnya. Tapi, perjalanan tetap dilanjutkan karena memang “peralatan tempur” sudah terpasang sejak berangkat dari Cijerah. Penderitaan pun tambah komplet dengan macetnya jalan, apalagi jalanan menuju Cileunyi. Pukul 17.00 WIB, kami sudah sampai tol Cileunyi, sementara hujan masih turun dengan derasnya. Kemacetan terjadi lagi di Rancaekek hingga Nagreg. Hmm..sungguh perjalanan yang melelahkan.

Setelah melibas kemacetan di tengah guyuran hujan, perut pun mulai keroncongan lagi. Selepas Nagreg, Kompleks Mesjid Al Mahdiyin menjadi sasaran untuk melepas lelah dan mengisi perut sambil sholat Maghrib. Melihat hujan sudah agak reda, perjalanan dilanjutkan menuju Ciamis dengan tak lupa memeriksa kondisi motor, termasuk memeriksa tekanan ban, karena jalanan pasti akan basah atau bahkan diguyur hujan lagi. Benar saja, motor tidak bisa dipacu dengan kecepatan tinggi di jalur ini karena kondisi jalanan yang relatif basah, gelap, licin, banyak belokan berliku, dan berhadapan dengan bus malam, sehingga harus ekstrahati-hati menunggangi si macan besi untuk menghindari hal-hal yang tak terduga. Hujan pun kembali menemani perjalanan malam itu. Pelan tapi pasti, Malangbong berhasil dilalui hingga memasuki Kab. Tasikmalaya.

Bersambung….