Meskipun diguyur hujan lebat, tak menyurutkan minat warga Jakarta untuk merayakan pergantian tahun yang dipusatkan di wilayah Monas. Warga tetap antusias untuk menyaksikan acara pesta kembang api dan penampilan grup band papan atas yang diselenggarkan oleh salah satu produsen rokok di Indonesia ini. Berkaitan dengan pelaksanaan acara ini, Pemerintah DKI beserta jajaran Polda Metro Jaya mengeluarkan kebijakan-kebijakan untuk mengantisipasi kemacetan dan konsentasi massa. Salah satunya dengan menutup jalur protokol sekitar Monas untuk kendaraan bermotor sehingga warga harus berjalan kaki untuk menuju kawasan Monas. Fasilitas Busway pun hanya beroperasi sampai pukul 20.00 untuk mengantisipasi kemacetan yang mungkin terjadi. Kebijakan-kebijakan tersebut memang wajar karena bisa mengurangi penumpukan kendaraan di bilangan Monas yang memang selalu macet setiap perayaan tahun baru dan hari besar lainnya. Namun, yang terjadi malah sebaliknya, apalagi ketika acara usai. Kemacetan karena konsentasi massa dan banyaknya kendaraan di jalur-jalur lain menuju Monas menyebabkan kemacatan di berbagai titik. Karena macetnya jalanan, banyak warga yang kecewa karena tidak bisa mencapai kawasan Monas dan terjebak di antara puluhan ribu pejalan kaki dan kendaraan, sehingga mereka hanya bisa merayakan detik-detik tahun baru di atas kendaraan masing-masing. Hujan lebat yang mengguyur malam itu menambah kesemrawutan jalan-jalan di Jakarta.
Berdasarkan pemantauan, kemacetan luar biasa terjadi di perempatan Senen dan Kwitang menuju Tugu Tani. Di lokasi ini banyak kendaraan terjebak karena banyaknya warga yang akan menuju kawasan Monas. Kamecatan tambah semrawut ketika acara usai. Kendaraan dari arah Senen yang terjebak kemacetan harus berjibaku dengan puluhan ribu warga yang selap-selip di tengah kemacetan untuk mencari jalan pulang menuju rumah masing-masing. Warga yang membawa kendaraan terpaksa harus sabar melihat fenomena ini. Cat mobil jadi baret-baret pun harus dimaklumi karena mobil terkepung di antara kerumunan orang yang hendak keluar dari kawasan monas. Jangankan untuk meneruskan perjalanan, kondisi saat itu tak memungkinkan pengendara memutar arah untuk bisa keluar dari kemacetan, karena kemacetan luar biasa terjadi pula di arah sebaliknya.
Untuk mencapai perempatan Senen dari arah Tugu Tani atau Kwitang, membutuhkan waktu sekitar dua jam. Yang lebih memprihatinkan, di tengah guyuran hujan, banyak para orangtua membawa serta anaknya yang masih bayi sehingga harus ikut berbasah-basahan. Niat awal mungkin ingin menyenangkan sang anak dengan menyaksikan pesta kembang api. Tapi, kenyataannya malah menyiksa dan menyengsarakan anak. Sebuah keputusan yang tidak bijak membawa anak apalagi bayi ke acara semacam ini.
Karena kesemrawutan ini, imbasnya taman kota menuju Senen menjadi korban. Taman yang selama ini selalu dirawat harus rusak karena terpaksa dinjak-injak pejalan kaki yang mencari jalan agar bisa keluar dari kawasan monas. Tak tampak petugas kepolisian mengatur lalu lintas untuk mengurusi kesemrawutan malam itu. Petugas yang sudah dikerahkan tampaknya kewalahan mengatur kemacetan ini. Namun, polisi hanya tampak mengatur lalu lintas di perempatan Senen. Untuk di kawasan Monas dan Tugu Tani, tak tampak satu pun polisi mengatur dan menertibkan kendaraan dan pejalan kaki.
Untuk tahun-tahun ke depan, hal ini mungkin bisa menjadi pertimbangan warga agar tak keluar ketika perayaan tahun baru, apalagi ke kawasan monas yang memang selalu menjadi pusat konsentrasi massa setiap kali perayaan tahun baru::